Wuku Wuye merupakan wuku ke 22 pada Penanggalan Pawukon.
Kelahiran wuku Wuye sudah diproyeksikan oleh Penanggalan Pawukon dengan karakter dan nasib yang mengiringinya.
Berikut ini arti Wuku Wuye dalam kalender Jawa dan Bali yang perlu diketahui.
Baca Juga: Arti Wuku Manahil Dalam Kalender Jawa dan Bali
Arti Wuku Wuye Dalam Kalender Jawa
Wuku Wuye mempunyai lambang dewa Bathara Kuwera, sifatnya mudah tersinggung, marah, dan mudah tergiur.
Kedua kakinya tercelup di air, sifatnya bisa membuat teduh hati orang lain. Selalu berhati-hati, namun agak mudah putus asa.
Gedungnya menghadap ke atas, sifatnya terlalu boros dan merelakan apa yang dimiliki, namun mudah menyenangi sesuatu.
Pohonnya tal, panjang umur serta kuat fisiknya. Kokoh dan kuat pribadinya.
Burungnya gogik, besar cemburunya, aneh sifatnya, tidak suka di keramaian. Keris dirakit di dagan, wataknya tajam intuisinya.
Seperti senapan yang berbunyi berbaur dengan asap mengepul, sifatnya sulit dimengerti. Jika berbantah sering kalah.
Celakanya saat terkena taring dan diteluh. Jika ada di Barat. Selama 7 hari di wuku tersebut jangan pergi ke arah Barat walau untuk urusan yang sangat penting.
Pada hari Sabtu Kliwon untuk wuku ini merupakan hari baik untuk melakukan pekerjaan. Jika membuat tape maka rasanya akan manis.
Hari ini juga baik untuk merusak bangunan yang nantinya akan dibangun kembali.
Arti Wuku Wuye Dalam Kalender Bali
Raden Wuye merupakan anak ke 20 dari pasangan Prabu Watugunung dan Dewi Sinta.
Raden Wuye merupakan saudara kembar Raden Maktal, namun keduanya mempunyai karakter dan proyeksi nasib yang berbeda.
Wuku Wuye (Jawa) atau Uye (Bali) mempunyai pelindung Batara Kuwera atau Sang Hyang Kuwera.
Karakter kelahiran wuku Wuye mengikuti sari pati dari karakter dewa pelindungnya.
Pada kisah pewayangan Batara Kuwera melakukan banyak peran penting. Diantaranya bertugas untuk memberikan petunjuk kehidupan pada manusia.
Selain itu, Sang Batara ini juga dikenal menjadi pembawa kemakmuran dan pahala.
Baca Juga: Arti Wuku Maktal Dalam Kalender Jawa dan Bali
Diceritakan juga Batara Kurewa dalam memberikan petunjuk di muka bumi, menitis beberapa kali di zaman-zaman yang berbeda.
Pada era Ramayana, ia menitis sebagai Brahmana Sutiksna, yang memberikan wejangan asta brata pada Ramawijaya.
Di era Mahabarata, Batara Kurewa menitis di Resi Lomosa yang mendampingi Pandawa dan dikucilkan selama 12 tahun di hutan.
Perannya yang sangat penting tidaklah mengherankan karena Batara Kurewa merupakan anak dari Sang Hyang Ismaya dan Dewi Senggani.
Jangan merasa tidak enak jika suatu saat mengajak kelahiran wuku Wuye di tempat yang ramai, lalu ia menjadi tidak nyaman.
Hal ini karena kelahiran wuku Wuye membawa karakter yang lebih suka menjauhi keramaian.
Ia lebih menyukai berbincang dengan nyaman di tempat yang tidak banyak suara. Apalagi jika tidak banyak orang.
Jika di keramaian ia lebih banyak diam, berbeda saat masuk ke pembicaraan dengan lingkaran lebih sedikit orang.
Kata-katanya yang berbentuk wejangan akan hal-hal kebaikan dalam hidup bisa mengalir deras.
Kepandaiannya berkomunikasi yaitu karakternya yang menonjol, sebab kemampuan ini membuatnya bisa membuat orang lain bahagia.
Kata-katanya dalam juga menghibur. Jika sedih, maka kelahiran wuku Wuye bisa menjadi sahabat yang bisa memberikan ketentraman.
Pada buku pawukon yang tersimpan di Museum Radya Pustaka, Raden Wuye digambarkan sedang menghadap Batara Kurewa yang dalam posisi keris terhunus.
Gambaran ini adalah simbolisasi keminatan wuku Wuye terkait hal keprajuritan.
Dengan begitu, kecerdasan batin dan kewaspadaan yang tinggi juga merupakan karakter yang mengiringi kelahiran wuku Wuye.
Baca Juga: Kalender Jawa Maret 2025: Lengkap dengan Hari Baik
Tentang Arti Wuku Wuye
Diatas adalah informasi mengenai Arti Wuku Wuye menurut kepercayaan jawa dan bali.
Mudah-mudahan informasi tentang Arti Wuku Wuye diatas dapat menjadi referensi serta menambah wawasan kita semua. Semoga bermanfaat!