Perhitungan Kalender Masehi
Kalender Masehi atau kerap disebut Anno Domini (AD) sebuah tahun yang penanggalannya disandarkan pada perhitungan peredaran revolusi bumi atau perputaran bumi mengelilingi matahari (syamsiyah).
Karena hal ini tahun Masehi disebut pula tahun Matahari atau tahun Syamsiyah.
Sejarah Kalender Masehi yang bersumber dari Ilmu Astrologi
Indonesia mempunyai lima kalender yang diterapkan oleh kalangan penduduk Indonesia.
Lima kalender tersebut ialah kalender Hijriah, kalender Masehi, kalender Cina (Tiongkok), kalender Jawa dan kalender Bali.
Baca Juga: Kalender Bulan Januari 2023 Lengkap
Diantara kelima kalender tersebut, mayoritas Indonesia bahkan mayoritas penduduk dunia menggunakan kalender Masehi sebagai acuan utama dalam penanggalan.
Penerapan penanggalan Masehi telah digunakan kurang lebih selama empat Abad.
Kalender Masehi atau kalender Gregorian pertama kali dicetuskan pada tahun sekitar 1582.
Kalender Masehi bersumber dari Encyclopedia Britannica dan awal kehadirannya di terapkan di benua Eropa, kalender Masehi hadir setelah kalender Julian.
Dalam sistem penanggalannya, kalender Masehi menganut Ilmu yang membahas mengenai pergerakan benda-benda langit atau biasa disebut Ilmu Astrologi.
Astrologi merupakan ilmu yang diperkirakan sekitar 2000 SM yang berasal dari negara Babel Kuno atau kini Irak Tenggara, tepatnya di Mesopotamia sebuah daratan yang diapit antara sungai Eufrat dan sungai Tigris.
Ilmu Astrologi bukanlah asli dari suku Babel Kuno, fakta mengungkapkan bahwa Ilmu Astrologi dikemukakan dan diciptakan oleh penduduk Mesir pada kisaran tahun 1000 SM.
Tujuan awal dibentuknya ilmu Astrologi oleh penduduk Mesir ialah untuk mempelajari benda-benda langit dan digunakan sebagai ramalan atau dugaan fenomena yang akan terjadi di masa depan.
Selanjutnya suku Babel mengadopsi dan mulai mengembangkan Astrologi untuk mengembangkan suatu sistem yang mengaitkan antara perubahan musim dengan rasi atau konstelasi.
Jumlah kalender Masehi setiap tahunnya berusia 365,25 hari saja, hal ini didasarkan pada Revolusi bumi atau lama waktu yang dibutuhkan bumi untuk mengelilingi matahari secara penuh.
Dalam pembentukannya, kalender Masehi memiliki cerita dan perjalanan yang cukup panjang.
Fakta mengungkapkan bahwa kalender Masehi pertama kali diciptakan oleh seorang biarawan beragama Kristen Katolik pada kisaran tahun 527 Masehi bernama Dionisius Exiguus.
Baca Juga: Kalender Bali Desember 2023 Lengkap
Perhitungan penanggalan kalender Masehi didasarkan pada kelahiran Nabi Isa a.s. dalam mengawali tahun berjalannya Masehi.
Nama Masehi pula diambil dari pengisbatan atas nama Isa Al Masih.
Pada awal pembentukannya, kalender Masehi ini diawali pada tanggal 25 Maret bukan 1 Januari karena pada saat itu beberapa meyakini bahwa kelahiran Nabi Isa pada tanggal 25 Maret.
Namun mengawali kalender Masehi dengan 25 Maret kurang kuat, pasalnya bukti yang ditemukan kurang kuat dan akurat ditambah terjadinya perbedaan antara musim dan tanggal di setiap tahunnya.
Hal itu membuat beberapa Ilmuwan harus memperbaiki sistem penanggalan yang diciptakan sang Biarawan bernama Dionysius Exiguus tersebut.
Sejarah Penamaan Bulan Dalam Masehi
Setiap Tahun Masehi memiliki 12 bulan dalam penanggalan kalender Masehi, siapa sangka bahwa 12 nama bulan tersebut memiliki makna dan kisah tersendiri.
Berikut ulasan mengenai sejarah penamaan setiap bulan di kalender Masehi:
Januari
Kalimat Januari ternyata diambil dari nama Dewa Janus. Dewa Janus dikenal bangsa Romawi Kuno sebagai Dewa yang menyambut pada sesuatu hal yang baru.
Kalimat January telah digunakan sejak tahun 46 SM.
Februari
Bulan Februari. Nama Februari bukan dari nama Dewa seperti halnya bulan Januari, namun bulan Februari diambil dari kalimat Februarius (Februum) yang memiliki arti penyucian atau mensucikan.
Bulan Februari menjadi bulan istimewa diantara bulan-bulan lainnya, pasalnya pada bulan Februari saja yang memiliki hari kabisat.
Kabisat di bulan Februari terjadi setiap empat tahun sekali, bahkan kabisat ini telah tercantum secara resmi pada kalender Romawi Kuno sejak tahun 713 SM.
Maret
Kalimat Maret atau March sudah muncul sejak zaman Romulus pada kisaran tahun 750 SM.
Nama March diambil dari nama Dewa Mars yang bermakna Dewa perang dalam mitologi Romawi Kuno.
Baca Juga: Kalender Hijriyah Bulan Desember 2023 dan Jadwal Puasanya
Dengan mengambil nama Dewa perang diharapkan pada bulan ini terdapat keberanian dan ketangguhan layaknya seorang Dewa perang.
April
Bulan April bukan diambil berdasarkan nama Dewa Romawi Kuno, namun kalimat April diambil dari Bahasa Romawi yang berbunyi Aprilis.
Memiliki makna bulan yang kedua dalam penanggalan tahun Romawi.
Memang pada zaman dahulu kalender Romawi sebelum era pemerintahan Julius Caesar hanya memiliki 10 bulan, bukan 12 bulan dalam setiap tahunnya.
Serta pada zaman pembentukan kalender Masehi penanggalan untuk mengawali tahun ialah Maret.
Sehingga apabila Tahun Masehi diawali pada bulan Maret maka kedudukan April berada pada bulan kedua dan Kalimat April sangat sesuai.
Mei
Kini kalimat Mei bukan berasal dari Bahasa Romawi seperti halnya bulan April.
Namun bulan Mei mengikuti jejak bulan Januari dan Maret yang menggunakan nama Dewa Romawi.
Kata Mei diambil dari kalimat Dewa Maia atau Dewa yang bertugas untuk mengawasi pertumbuhan dan kesuburan seluruh tumbuhan yang tercipta di bumi.
Juni
Kata Juni kali ini terinspirasi dari kalimat Juno.
Sebuah nama yang secara khusus diberikan kepada dewi oleh bangsa Romawi dan kalimat Juno sendiri memiliki makna cerdas dan kuat dan pantang menyerah seperti laki-laki.
Juli
Kalimat Juli tidak diambil dari nama Dewa Romawi maupun Bahasa Romawi, melainkan kalimat Juli diambil dari nama seorang tokoh besar yang memiliki pengaruh yang sangat besar bagi daerah Romawi.
Dia adalah Julius Caesar. Nama bulan Juli telah ditetapkan sejak zaman Julius Caesar memimpin bangsa Romawi.
Agustus
Pengambilan nama bulan Agustus ternyata diambil dari nama seorang kaisar Romawi bernama Augustus sebagai bentuk penghormatan yang digunakan semenjak tahun 60 SM.
September
Pada pengambilan nama bulan September sama hal nya dengan penamaan bulan April.
Yaitu berdasarkan kalender Romawi Kuno sebelum zaman kepemimpinan Kaisar Julius Caesar.
Baca Juga: Kalender Mancing Januari 2023 Fase Bulan
Kalimat September memiliki arti ketujuh, karena September berkedudukan pada urutan bulan ke tujuh di kalender Romawi Kuno.
Oktober
Sama halnya dengan bulan September, kata Oktober pula diambil dan disandarkan berdasarkan kalender Romawi Kuno sebelum zaman kepemimpinan Kaisar Julius Caesar.
Kalimat Oktober diambil dari Bahasa latin Octo yang berarti delapan. Dalam kalender Romawi Kuno bulan Oktober juga menduduki bulan ke delapan dalam urutan bulan setiap tahunnya.
November
Kalimat November disandarkan berdasarkan penanggalan Romawi Kuno yang menempatkan November pada urutan ke Sembilan.
Kata November berasal dari Novem yang berarti Sembilan. Kemudian pada zaman Gregorian, November diubah menjadi urutan ke sebelas dalam kalender Masehi.
Desember
Kalimat Desember diambil dari Bahasa latin Decem yang bermakna sepuluh.
Dalam kalender romawi Kuno bulan Desember menempati bulan ke sepuluh, namun di kalender Masehi Desember berada di urutan kedua belas atau bulan terakhir dalam tahun Masehi.
Bahkan di bulan Desember bangsa Romawi merayakan perayaan Saturnalia sebagai bentuk penghormatan kepada sang Dewa Dewi yang mereka anut.
Itulah beberapa ulasan singkat mengenai Dasar Perhitungan Kalender Masehi yang menjadi salah satu kalender yang sering digunakan.
Baca Juga: Kalender 2023 Lengkap Format CDR
Mudah-mudahan informasi Dasar Perhitungan Kalender Masehi diatas dapat menambah wawasan kita terhadap perhitungan kalender. SEmoga bermanfaat!
Pencarian yang paling banyak dicari
- perhitungan kalender masehi berdasarkan peredaran dan pergerakan
- dasar perhitungan kalender masehi adalah
- sejarah kalender masehi dari kalender julian dan gregorian
- perhitungan kalender masehi yang tepat dalam satu tahun adalah
- perbedaan yang menjadi dasar kalender masehi dan hijriyah
- kalender masehi dan hijriyah tahun 2022