Sejarah Hari Surat Perintah 11 Maret (Supersemar)


Sejarah Hari Surat Perintah 11 Maret Yang Sebaiknya Diketahui!

Surat Perintah Sebelas Maret atau dikenal dengan Supersemar merupakan surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden RI pertama, Soekarno pada 11 Maret 1966.

Surat tersebut berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto yang merupakan Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu dalam mengatasi situasi keamanan buruk ketika itu.

Baca Juga: 20 Ucapan Selamat Hari Surat Perintah Sebelas Maret 11 Maret

Surat perintah tersebut merupakan versi yang dikeluarkan dari Markas Besar Angkatan Darat yang tercatat dalam buku sejarah.

Sebagian kalangan sejarawan Indonesia mengatakan jika terdapat beberapa versi Supersemar sehingga hingga kini masih ditelusuri naskah Supersemar yang dikeluarkan oleh Soekarno di Istana Bogor.

Latar Belakang Masalah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)

Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) menjadi sebuah momen yang mengubah wajah Indonesia dalam sekejap.

Tidak banyak yang bisa diketahui dari surat sakti tersebut, pasalnya tidak ada yang bisa membuka rahasia dibalik surat tersebut.

Seperti telah disebutkan diatas bahwa terdapat beberapa versi Supersemar namun tidak satupun dari versi tersebut asli.

Lihat Juga: Daftar Hari Penting di Tahun 2024

Penyerahan kekuasaan tersebut dilatarbelakangi oleh peristiwa Pemberontakan G30S PKI pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari.

Tentara menuduh Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalang dibalik peristiwa yang mengakibatkan terbunuhnya ketujuh jenderal di Lubang Buaya dan pembersihan anti komunis terjadi.

Selama beberapa bulan selanjutnya Soeharto dan angkatan bersenjata mengambil inisiatif.

Dalam sebuah rapat kabinet yang tidak dihadiri Soeharto, ketika mahasiswa melakukan demonstrasi yang dilindungi tentara berlangsung di Jakarta, pasukan tanpa lencana mengepung Istana Presiden tempat rapat diadakan.

Ketika rapat tersebut berlangsung, Soekarno disarankan untuk meninggalkan pertemuan serta melakukan penerbangan menggunakan helikopter ke Istana Bogor.

Sore harinya, tiga jenderal TNI yaitu Mayjen TNI Basuki Rahmat, Brigjen TNI Jenderal M. Jusuf dan Brigjen TNI Amir Machmud mengunjungi Soekarno dan lalu pergi dengan Supersemar yang telah ditandatangani Soekarno.

Supersemar tersebut yang telah ditandatangani tersebut langsung diserahkan kepada Soeharto.

Keesokan harinya, Soeharto menggunakan kekuasan yang diberikannya untuk melarang PKI dan pada tanggal 18 Maret, sebanyak lima belas menteri loyalis Soekarno ditangkap.

Soeharto mengubah komposisi MPRS dan setahun kemudian yaitu pada maret 1967, MPRS memilih untuk mencabut kekuasaan Soekarno dan menunjuk Soeharto sebagai presiden.

Lihat Juga: Sejarah Hari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) 10 Maret

Pada tahun 1968, MPRS menghapus kata pejabat dan lebih dari dua tahun setelah peristiwa September 1965, Soeharto menjadi Presiden Indonesia.

Proses pengalihan kursi kepresidenan dari Soekarno ke Soeharto memakan waktu selama kurang lebih 2 tahun.

Soeharto tetap berkuasa sebagai presiden sampai dia mengundurkan diri selama krisis politik di Indonesia.

Keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)

Menurut beberapa sumber, awal keluarnya Supersemar terjadi pada tanggal 11 Maret 1966 Dimana Presiden Soekarno mengadakan sidang pelantikan Kabinet 100 Menteri.

Ketika sidang dimulai, Brigadir Jenderal Sabur melaporkan bahwa banyak “Pasukan Liar” atau pasukan yang tidak dikenal (belakangan diketahui bahwa pasukan tersebut yaitu Pasukan KOSTRAD).

Lihat Juga: Sejarah Hari KOSTRAD 6 Maret

Atas laporan tersebut, Presiden Soekarno dan wakil perdana Menteri I dan II berangkat ke Bogor dengan menggunakan helikopter yang telah disiapkan.

Sementara sidang yang telah dilakukan akhirnya ditutup oleh Wakil Perdana Menteri II yang kemudian menyusul ke Bogor.

Situasi tersebut dilaporkan kepada Soeharto yang ketika itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat Menggantikan Letnan Jenderal Ahmad Yani yang gugur saat peristiwa G30S/PKI.

Soeharto ketika itu tidak menghadiri sidang kabinet dengan alasan sakit (Namun sebagian kalangan menilai ketidakhadirannya hanya skenario untuk menunggu situasi karena dianggap sebagai suatu kejanggalan).

Soeharto mengutus tiga jenderal yang telah disebutkan diatas ke Bogor untuk menemui Soekarno di Istana Bogor.

Setibanya di Bogor, pada malam hari terjadi pembicaraan antara 3 perwira tinggi AD dengan Soekarno mengenai situasi yang terjadi.

Ketiga perwira tersebut mengatakan bahwa Soeharto mampu mengendalikan situasi serta memulihkan keamanan jika diberikan surat tugas atau surat kuasa yang bisa memberikan kewenangan kepada Soeharto untuk mengambil tindakan.

Soekarno menyetujui akan hal tersebut dan di buatlah surat perintah yang dikenal dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditujukan untuk Soeharto.

Surat kuasa tersebut tiba di Jakarta pada tanggal 12 Maret atau keesokan harinya yang dibawa oleh Sekretaris Markas Besar AD Brigjen Budiono.

Berikut isi Supersemar tersebut yang banyak beredar semasa Orde Baru:

1. Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.

2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan Lain dengan sebaik-baiknya.

3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawabnya seperti tersebut di atas.

Namun menurut beberapa sumber hingga saat ini keaslian dari surat tersebut masih saja diragukan. Hal tersebut bisa dilihat dari ada beberapa versi isi dari supersemar.

Lihat Juga: Sejarah Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober

Terlepas dari fakta yang terjadi, Surat Perintah Sebelas Maret menjadi peristiwa yang sangat penting sehingga pada tanggal 11 Maret selalu diperingati sebagai Hari Surat Perintah atau Supersemar.

Hari Surat Perintah 11 Maret
Hari Surat Perintah 11 Maret
Hari Surat Perintah 11 Maret selalu diperingati setiap tanggal 11 maret setiap tahunnya – Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) menjadi sebuah momen yang mengubah wajah Indonesia dalam sekejap.
Oleh Endik Eko

Tentang Sejarah Hari Surat Perintah 11 Maret

Nah itulah ulasan singkat mengenai Surat Perintah Sebelas Maret yang selalu diperingati oleh bangsa indonesia setiap tahunnya.

Mudah-mudahan informasi Sejarah Hari Surat Perintah 11 Maret diatas dapat menambah wawasan kita semua akan sejarah Indonesia. Semoga bermanfaat!

Review Google My Bussiness for Enkosa.com

Artikel Terkait:

Hari Surat Perintah 11 Maret