Kontroversi Seputar Tahun Baru Jawa


Kontroversi seputar tahun baru Jawa cukup ramai di masa modern sekarang ini. 

Sebagai perayaan penting bagi orang Jawa, peringatan tahun baru Jawa dimulai pada hari pertama bulan Suro di penanggalan Jawa. 

Sesuai dengan bulan pertama Muharram dalam kalender Hijriyah. 

Perlu diketahui, tahun baru Jawa memang kerap diperingati di daerah dengan penduduk mayoritas suku Jawa. 

Baca Juga: Pembentukan Kalender Jawa: Peran dan Kontribusi Tokoh-Tokoh Penting

Tahun baru Jawa memiliki beberapa tradisi yang berkaitan dengan meditasi, ruwatan, kirab budaya, dan lain-lain.

Pada pembahasan kali ini, kita ulas lebih jauh mengenai kontroversi tahun Baru Jawa. 

Baik pembahasan dalam pandangan historis maupun perdebatan kontemporer.

Kontroversi Seputar Tahun Baru Jawa

Perspektif Historis Tahun Baru Jawa

Tahun baru Jawa memiliki latar belakang sejarah yang berkaitan dengan penanggalan Jawa yang merupakan perpaduan antara penanggalan Hindu-Budha dan penanggalan Hijriyah. 

Penanggalan Jawa ini disatukan oleh Sultan Agung dari Mataram pada abad ke-17 sebagai penanggalan baru sesuai kejawen. 

Sultan Agung adalah tokoh yang berhasil mempersatukan berbagai kerajaan di pulau Jawa dan melawan penjajahan Belanda.

Sebelumnya, tahun baru Jawa mengikuti tahun Saka-Hindu. Namun, sejak masa sultan Agung ini, tahun baru Jawa mengikuti kalender Hijriah. 

Hal Ini membuat kalender jawa terjadi pergeseran masa dan momen festival budaya.

Baca Juga: Peran Kalender Jawa Menentukan Tanggal Baik untuk Aktivitas Bisnis!

Contohnya, Kirab Malam Satu Suro, Kebo Bule dan Mubeng Benteng. Otomatis kini mengikuti penanggalan Hijriah.

Maka kontroversi seputar tahun baru Jawa jika dilihat dari perspektif historis tidaklah buruk. 

Mengingat tahun baru Jawa memiliki makna simbolis dan filosofis sebagai momen introspeksi diri, pembersihan jiwa, dan harapan baru. 

Selain itu, tahun baru Jawa juga merupakan ungkapan rasa syukur dan penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Perdebatan Kontemporer Terkait Tahun Baru Jawa

Tahun baru Jawa tidak lepas dari perdebatan kontemporer di kalangan masyarakat Jawa saat ini. 

Daftar Perbedaan Pandangan Tentang Tahun Baru Jawa

Ada beberapa pandangan yang berbeda terkait tahun baru Jawa, seperti dibawah ini:

  1. Pandangan yang menganggap tahun baru Jawa sebagai bagian dari identitas budaya Jawa yang harus dilestarikan dan dihormati. Sudut pandang ini menekankan nilai-nilai positif yang terkandung dalam tahun baru Jawa, seperti kesadaran diri, toleransi, kerukunan, dan keseimbangan.
  2. Pandangan yang menganggap tahun baru Jawa sebagai bentuk sinkretisme agama yang tidak sesuai dengan ajaran Islam murni. Sudut pandang ini menolak unsur-unsur Hindu-Budha yang masih melekat dalam tahun baru Jawa, seperti penanggalan, ritual, simbol, dan mitos.
  3. Pandangan yang menganggap tahun baru Jawa sebagai hal yang tidak relevan lagi dengan zaman modern dan globalisasi. Kelompok ini mengabaikan nilai-nilai tradisional yang dianggap kuno dan tidak efektif dalam menghadapi tantangan masa kini.

Baca Juga: Tanggalan Jowo Wulan Agustus Tahun 2023

Perdebatan ini memiliki dampak terhadap keberlangsungan dan perkembangan tahun baru Jawa di masa depan. 

Seperti yang kita ketahui, kontroversi seputar tahun baru Jawa berdasarkan perdebatan kontemporer memang memiliki dua sisi yang unik. 

Di satu sisi, ada upaya untuk melestarikan dan mengembangkan tahun baru Jawa sebagai warisan budaya yang kaya dan unik. 

Di sisi lain, ada upaya untuk menghapuskan atau mengubah Tahun Baru Jawa agar sesuai dengan standar agama atau modernitas.

Tahun Baru Jawa Bukan Untuk Pertentangan

Tahun baru Jawa adalah perayaan yang memiliki sejarah, makna, dan tradisi yang mendalam bagi orang Jawa. 

Namun, tahun baru Jawa juga menghadapi kontroversi dan perdebatan di kalangan masyarakat Jawa saat ini. 

Untuk menyelesaikan atau meredam kontroversi ini, diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati antara berbagai pandangan yang ada. 

Baca Juga: Cara Menghitung Kalender Jawa Untuk Pernikahan

Tahun baru Jawa bukanlah hal yang harus dipertentangkan, melainkan hal yang harus disyukuri dan dirayakan bersama sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Kebesaran hati dan kebijaksanaan dalam memaknai ini akan mengurangi kontroversi seputar tahun baru Jawa.

Dari perspektif historis maupun perdebatan kontemporer mengenai kalender jawa diatas mudah-mudahan dapat menjadi referensi. Semoga bermanfaat!

Review Google My Bussiness for Enkosa.com

Artikel Terkait: