Mengenal Kalender Bali sebagai Penentu Hari Baik dan Buruk
Sebagian masyarakat di Indonesia mungkin terkenal memiliki penanggalan tersendiri yang kental dengan budayanya.
Seperti contohnya kalender Jawa yang hingga saat ini masih dipercaya oleh sebagian besar masyarakat Jawa.
Tapi tidak hanya kalender Jawa saja, masyarakat Indonesia juga menggunakan kalender lain yang masih digunakan hingga saat ini seperti contohnya di Bali.
Kalender Bali adalah sistem penanggalan yang dipercaya oleh agama Hindu di Bali dan masih dipergunakan hingga saat ini untuk menentukan hari baik, buruk, dan lain sebagainya.
Masyarakat menggunakan penanggalan Bali untuk berbagai kegiatan seperti acara keagamaan, usaha, pertanian, atau kelahiran.
Lihat Juga: Kalender Bali Bulan September 2022 Lengkap
Dalam kehidupan masyarakat Bali, kalender memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sesuatu untuk menentukan kapan waktu yang tepat jika hendak melaksanakan pertemuan, rapat keluarga, upacara pengabenan, atau membangun pura.
Tidak hanya itu saja hal ini juga berguna untuk beberapa kegiatan lain seperti membuat kandang ternak, membeli motor, menanam benih, berdagang.
Semua hal yang menyangkut dengan kehidupan manusia sudah ditata dengan baik dalam kalender Bali agar bisa mencapai hasil yang maksimal.
Bahkan tidak jarang para pejabat di Bali menggunakan kalender Bali sebagai acuan dalam menetapkan suatu event kegiatan.
Apa Itu Kalender Bali
Kalender Bali atau Saka Bali adalah sistem penanggalan yang dipakai oleh orang Hindu di Pulau Bali dan Lombok, atau masyarakat lain di beberapa daerah di Indonesia. Penanggalan Bali pun tergolong penting bagi kehidupan masyarakat untuk tujuan tertentu.
Penanggalan Bali sendiri diadaptasi dari tanggalan Hindu India. Namun, meskipun tanggalan Bali diadopsi dari sistem penanggalan Saka India, ada beberapa modifikasi yang membuatnya sedikit berbeda dengan menambahkan unsur lokal di dalamnya.
Kalender saka sendiri masih digunakan oleh masyarakat Hindu di Indonesia untuk tujuan-tujuan tertentu.
Selain itu, penanggalan Bali juga dipercaya oleh masyarakat untuk mencari otonan, menentukan hari perkawinan, serta menghitung hari baik dan buruk.
Hal ini disebut juga pengalantaka yang merupakan acuan penetapan purnama dan tilem pada kalender tersebut.
Pengalantaka adalah pedoman untuk menentukan hari baik dan buruk dalam menggelar sesuatu terutama yang berkaitan dengan aktivitas manusia.
Jadi, penanggalan Bali terhitung penting bagi masyarakat Bali dan sekitarnya.
Sistem Penanggalan Kalender Bali
Penanggalan Bali sendiri menganut pada sistem syamsiah-kamariah (surya-candra) atau luni-solar yang mana perhitungannya ditentukan pada posisi matahari dan bulan.
Lihat Juga: Dasar Perhitungan Kalender Bali
Pada penanggalan Bali, satu pekan adalah Saptawara yang dimulai dari Redite atau hari Minggu jika pada penanggalan masehi.
Nama Hari Kalender Bali
Nama-nama hari pada penanggalan Bali:
- Redite: Minggu
- Coma: Senin
- Anggara: Selasa
- Buda: Rebo
- Wraspati: Kamis
- Sukra: Jumat
- Saniscara: Sabtu
Nama Wuku Kalender Bali
Adapun nama-nama minggu pada penanggalan Bali yang diambil dari sistem wuku yang berjumlah 30.
Nama-nama wuku tersebut ialah Sinta, Landep, Ukir, Kulantir, Tolu, Gumbreg, Wariga, Warigadean, dan Julungwangi, Sungsang, Dungulan Kuningan, Langkir, Medangsia, Pujut, Paang, Krulut, Merakih, Tambir, Medangkungan, Matal, Uye, Menail, Prangbakat, Bala, Ugu, Wayang, Kulawu, Dukut, dan Watugunung.
Nama Bulan Kalender Bali
Sedangkan untuk nama-nama bulan pada penanggalan kalender Bali juga dibagi menjadi 12, diantaranya adalah:
- 1. Kasa dengan jumlah 30 hari
- 2. Karo dengan jumlah 29 hari
- 3. Katiga dengan jumlah 30 hari
- 4. Kapat dengan jumlah 29 hari
- 5. Kalima dengan jumlah 30 hari
- 6. Kanem dengan jumlah 29 hari
- 7. Kapitu dengan jumlah 30 hari
- 8. Kawolu dengan jumlah 29 / 30 hari
- 9. Kasanga dengan jumlah 29 / 30 hari
- 10. Kadasa dengan jumlah 29 hari
- 11. Jiyestha dengan jumlah 30 hari
- 12. Sadha dengan jumlah 29 hari
Jika ditotal dalam setahunnya berjumlah 353-355 hari.
Selain itu, dalam penanggalan Bali juga tidak lepas dari wewaran yang dilakukan melalui perhitungan dengan wuku sehingga dari pertemuan hari tersebut akan ditemukan hari baik dan buruk untuk melakukan sesuatu.
Lihat Juga: Istilah Dalam Kalender Bali dan Artinya
Wewaran sendiri adalah usaha untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan hari baik umat Hindu.
Wewaran sendiri berasal dari kata wara yang berarti hari. Secara arti Wewaran berasal dari bahasa Sansekerta yakni kata wara yang diaplikasikan dari dwipurwa dan mendapat akhiran –an, (we + wara + an) sehingga menjadi wewaran, yang berarti istimewa, terpilih, terbaik, tercantik, masyhur, utama.
Dalam menentukan wariga, pengetahuan tentang wewaran menjadi dasar yang sangat penting.
Sebab ada hubungannya dengan baik buruknya hari dalam menentukan wariga dewasa, wewaran mempunyai urip, nomor atau bilangan, yang disesuaikan dengan letak kedudukan arah mata angin, beserta dewatanya.
Nama Wewaran Kalender Bali
Berikut adalah nama-nama wewaran yang berlaku di masyarakat Hindu Bali :
- Eka Wara (luang)
- Dwi Wara (menga, pepet)
- Triwara (pasah, beteng, kajeng)
- Catur Wara (sri, laba, jaya, menala)
- Pancawara (umanis, paing, pon, wage, kliwon)
- Sadwara (tungleh, aryang, urukung, panilon, was, maulu)
- Saptawara (radite, soma, anggara, buda, wraspati, sukra, tumpek)
- Astawara (sri, indra, guru, yama, ludra, brahma, kala, uma)
- Sangawara (dangau, jangur, gigis, nohan, ogan, erangan, urungan, tulus, dadi)
- Dasawara (pandita, pati, suka, duka, sri, manuh, manusa, raja, dewa, raksasa)
Keistimewaan Kalender Bali
Salah satu hal yang menarik dari Kalender Saka Bali adalah sifatnya yang konvensi atau kompromis.
Artinya, dalam perjalanan atau penghitungan tarikhnya masih bisa dibicarakan atau didiskusikan untuk mendapatkan hasil yang tepat berdasarkan rumus-rumus tertentu.
Hal ini dikarenakan dalam kalender Saka Bali, jumlah bulannya adalah dua belas, dengan jumlah hari setiap bulannya adalah 30 atau 29.
Selain itu, kalender Bali yang kita kenal sekarang merupakan hasil rekonstruksi pada era kolonial Belanda.
Pemerintah Belanda saat itu ingin menyeragamkan perhitungan kalender Bali dari delapan kerajaan yang ada di Bali dengan tujuan untuk menyamakan penyelenggaraan event-event pariwisata Bali seperti misalnya Hari Raya Nyepi yang tidak sama.
Akhirnya para tetua dan tokoh Bali juga mendukung upaya ini agar ke depannya ada pandangan yang sama tentang perayaan hari-hari besar Bali sehingga menumbuhkan rasa persatuan masyarakat Bali.
Lihat Juga: Cara Menghitung Kalender Saka Bali
Selain berguna untuk menentukan hari raya Nyepi, Siwalatri, dan Hari piodalan berbagai pura di Bali, masyarakat Bali juga menggunakan sistem kalender Pawukon yang diadaptasi dari kebudayaan kalender Jawa.
Kalender pawukon ini bersifat aritmatis yang jumlah harinya tetap 35 (disebut satu bulan Bali = 5 sapta wara).
Kalender Pawukon ini berguna untuk menentukan berbagai hari baik atau buruk dan juga menentukan penetapan hari raya Galungan, Kuningan, Saraswati, Tumpek dan juga piodalan-piodalan pura atau hari ulang tahun pura.
Sehingga tidak heran jika masyarakat Bali sangat menjunjung tinggi kalender sebagai tradisi yang turun menurun.
Itulah beberapa informasi mengenai kalender Bali sebagai penentu hari baik atau buruk.
Mudah-mudahan penjelasan di atas bisa membantumu yang masih asing mengenai kalender Bali, kalender yang hingga saat ini masih sangat kental di Bali serta dipercaya dari zaman para leluhur.
Semoga bermanfaat!