Pergantian Hari Pada Jam di Kalender Jawa: Islam dan Kalender Jawa


Dalam artikel ini kami akan memberikan informasi tentang pergantian waktu pada kalender jawa dan masehi.

Sistem waktu dalam kalender Jawa memiliki keunikan tersendiri, termasuk dalam hal pergantian hari dalam jam.

Dalam kalender Jawa, hari baru tidak dimulai pada pukul 00.00 seperti yang umumnya terjadi dalam kalender masehi yang digunakan secara luas.

Sebaliknya, dalam kalender Jawa, pergantian hari terjadi pada waktu yang disebut sebagai jam kesepuluh pada malam hari, atau sekitar pukul 18.00 matahari terbenam waktu setempat.

Pergantian hari pada jam tersebut menandakan awal dan akhirnya suatu hari dalam kalender Jawa.

Pergantian Hari Pada Jam di Kalender Jawa: Islam dan Kalender Jawa

Keunikan Pergantian Hari dalam Jam Kalender Jawa

Perbedaan kalender jawa dan kalender masehi tidak hanya terletak pada siklusnya, lebih dari itu terdapat juga penentuan jam-jam yang ada didalamnya.

Pergantian hari dalam jam pada kalender Jawa memiliki signifikansi dan keunikan tersendiri dalam budaya Jawa.

Baca Juga: Perbedaan Kalender Liturgi dan Kalender Umum: Liturgical Calendar

Penggunaan jam kesepuluh pada malam hari sebagai titik pergantian hari menandakan adanya perbedaan dalam penghitungan waktu dari sistem penanggalan Jawa dibandingkan dengan standar internasional yang umum digunakan.

Tradisi ini masih diikuti oleh sebagian orang Jawa dalam praktik sehari-hari mereka, terutama dalam hal perhitungan waktu dan ritual-ritual budaya.

Perbedaan Dengan Kalender Masehi

Berbeda dengan kalender jawa, pada kalender masehi berlaku 24 jam dalam 1 hari yang dimulai pada pukul 00.00 dinihari.

Sistem kalender yang digunakan oleh kalender masehi adalah siklus matahari yang mana dalam sebulan terdapat jumlah hari antara 28-29 hingga 31 hari.

Kemudian banyak kalender yang digunakan oleh masyarakat Indonesia,diantaranya seperti kalender bali, kalender china, kalender batak dan kalender lirturgi.

Semua kalender tersebut memiliki ciri khas dan perhitungannya masing-masing, namun diantaranya lebih pada penggunaan untuk beribadah.

Khusus masyarakat jawa menggunakan kalender jawa yang merupakan perpaduan antara kalender islam dan kalender hindu.

Untuk penggunaan tidak hanyak untuk keagamaan, namun lebih dari itu untuk berbagai kegiatan.

Seperti weton jawa untuk mencari hari baik ketika ingin melakukan suatu aktivitas seperti bertani, membangun rumah, membuat acara dan lain sebagainya.

Sejarah Singkat Kalender Jawa

Kalender jawa hadir ketika masuknya budaya islam ke Indonesia, sebelumnya masyarakat jawa menggunakan kalender saka atau kalender hindu.

Setelah islam berkembang, Sultan Agung Mataram berinisiatif membuat kalender jawa berdasarkan siklus bulan.

Siklus bulan ini sama dengan yang digunakan pada kalender hijriyah, kemudaian melakukan modifikasi istilah-istilah pada kalender saka.

Kalender jawa efektif digunakan mulai 1 Suro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 Hijriah yang bertepatan dengan 8 Agustus 1633 M.

Tentang Pergantian Hari Pada Jam di Kalender Jawa

Dalam kesimpulan, pergantian hari dalam jam pada kalender Jawa memiliki keunikan dan signifikansi budaya.

Penggunaan jam kesepuluh pada malam hari sebagai titik pergantian hari menandakan adanya perbedaan dalam penghitungan waktu dalam kalender Jawa.

Memahami dan menghormati keunikan ini dapat membantu kita mengapresiasi budaya Jawa dan meningkatkan pemahaman kita tentang sistem waktu yang berbeda dalam berbagai budaya di dunia.

Review Google My Bussiness for Enkosa.com

Artikel Terkait: