Penetapan Purnama-Tilem Menurut Kalender Bali
Bagi masyarakat Bali yang terkenal akan kekayaan leluhurnya, tentu pelestarian kalender menjadi hal yang sangat istimewa bagi masyarakat di sana.
Terlebih kalender Saka Bali dikenal dengan sistem penanggalannya yang konvensional alias tidak mutlak secara astronomis layaknya kalender Hijriyah (Islam) atau kalender Masehi (Nasional), namun tidak pula seperti kalender Saka Jawa yang keberadaanya berada diantara keduanya.
Salah satu hal yang menjadikan kalender Bali unik ialah dasar penetapan purnama dan tilem yang tercantum di dalamnya. Hal tersebut dikenal oleh masyarakat sebagai Pengalantaka.
Apa itu Pengalantaka Dalam Kalender Bali
Pengalantaka sendiri adalah sebuah acuan atau dasar penetapan purnama dan tilem yang tercantum dalam kalender Bali sebagai parameter atau pedoman untuk menentukan hari baik dan buruk.
Lihat Juga: Kalender Bali Bulan Juli 2022 Lengkap
Dalam lontar sendiri memang tidak disebutkan secara gamblang apa itu kata Pengalantaka, sehingga kata tersebut tidak akan ditemukan di sana, namun secara umum dituliskan dengan nama “Pengalihan Purnama-Tilem” yang berarti “Pencarian Purnama-Tilem”.
Dalam sistem Kalender Bali, salah satu dasar pengetahuan Kalender tersebut adalah tentang hari Purnama-Tilem.
Hari purnama disebut juga dengan bulan penuh, yaitu pada saat bulan terlihat dalam satu bulatan yang sempurna, sedangkan Tilem adalah bulan mati, dimana pada saat itu bulan tidak terlihat sama sekali.
Hari suci ini dirayakan setiap 15 hari sekali dalam sebulan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa umat Hindu merayakan 12 kali hari raya Purnama dan 12 kali hari raya Tilem dalam setahun.
Perhitungan sendiri dilakukan secara matematis, sistematis, geografis dan religius yang menjadi dasar dalam penentuan Pengalantaka.
Dapat dikatakan juga seperti perpaduan sistem Hisab maupun Rukyat (Islam). Perhitungan matematis atau hisab dilakukan dengan menggunakan Diagram Pengalantaka Eka Sungsang.
Sedangkan perhitungan secara mengamati atau rukyat dilakukan dengan cara melakukan pengamatan di Pura Ponjok Batu yang ada di wilayah Buleleng.
Purnama dan Tilem adalah hari suci bagi umat Hindu yang mana perayaannya dilaksanakan untuk memohon berkah dan karunia dari Hyang Widhi.
Pada hari Purnama umat Hindu memuja Sang Hyang Candra, sedangkan pada hari raya Tilem umat Hindu memuja Sang Hyang Surya.
Kombinasi purnama tilem ini merupakan penyucian terhadap Sang Hyang Rwa Bhineda yaitu Sang Hyang Surya dan Chandra.
Pada waktu gerhana bulan beliau dipuja dengan Candra Stawa (Summastawa) dan pada waktu gerhana matahari beliau dipuja dengan Suryacakra Bhuwanasthawa.
Pada hari Purnama dan Tilem ini sebaiknya umat melakukan pembersihan lahir batin. Oleh karenanya disamping melakukan sembahyang dengan mengadakan puja bhakti kehadapan Hyang Widhi untuk memohon anugrah-Nya, umat Hindu juga disarankan untuk melakukan pembersihan badan dengan air.
Hal ini dikarenakan kondisi badan yang bersih secara lahir dan batin sangat penting, sebab dalam jiwa yang bersih akan muncul pikiran, perkataan dan perbuatan yang bersih pula.
Kebersihan juga sangat penting dalam mewujudkan kebahagiaan, terutama dalam hubungan dengan pemujaan kepada Hyang Widhi.
Apa Itu Hari Tilem Pada Kalender Bali
Hari Tilem merupakan Prabhawa dari Sang Hyang Rudra sebagai bentuk perwujudan Sang Hyang Yamadipati atau Dewa kematian yang memiliki kekuatan pralina alias Pamulihan marang sangkan Paran.
Pada saat ini Umat Hindu secara tekun melaksanakan persembahan dan pemujaan kehadapan Sang Hyang Widhi.
Persembahan hari Tilem dimaksudkan agar umat Hindu tekun dalam melaksanakan persembahan sekaligus pemujaan pada hari Tilem.
Hal ini bertujuan agar ketika meninggal rohnya tidak diberikan jalan yang sesat, melainkan sebaliknya agar diberi petunjuk menuju jalan ke swarga loka oleh Sang Hyang Yamadipati (lontar Purwana Tattwa Wariga).
Menurut petunjuk sastra Agama Hindu ”Lontar Purwa Gama” hal ini bertujuan untuk menuntun umat Hindu agar selalu ingat melaksanakan suci laksana, khususnya pada hari Purnama dan hari Tilem.
Dengan mempertahankan serta meningkatkan kesucian diri, terutama para Wiku, hal ini tentu dapat mensejahterakan alam beserta isinya karena semua makhluk akan kembali ke hadapan yang Maha Suci, tergantung pada tingkat kesucian masing-masing.
Proses penyucian sendiri menurut petunjuk Sastra Agama yang penekannya pada, ”Suci Laksana”, pelaksanaannya pun mengandung makna yang sangat tinggi.
Dalam artian pada penekanan tersebut sudah terjadi penyatuan dari pelaksanaan Catur Yoga, sehingga atas kekuatan dari Catur Yoga tersebut dapat menyucikan Stula Sarira atau badan Kasar, dan Suksma Sarira atau badan halus serta Antahkarana Sarira alias Atma yang ada pada diri manusia khususnya umat Hindu.
Apa Itu Hari Purnama Pada Kalender Bali
Pada umumnya umat Hindu, sangat meyakini mengenai rasa kesucian yang tinggi pada hari Purnama, sehingga hari itu juga dikenal dengan sebutan ”Devasa Ayu”.
Oleh karenanya setiap kali ada hari-hari suci yang bertepatan dengan hari Purnama maka pelaksanaan upacaranya disebut, ”Nadi”.
Tapi sayangnya tidak semua hari Purnama disebut “ayu”, hal ini tergantung pada Patemon dina dalam perhitungan wariga.
Contoh :
1. Hari Kajeng Kliwon, jatuh pada hari Sabtu yang mana berbarengan dengan Purnama sehingga membuat hari itu disebut ”Hari Berek Tawukan”.
Para sastra agama melarang diadakannya segala jenis upacara pada hari itu, lalu Sang Wiku juga tidak boleh melaksanakan pujanya pada hari itu.
Lihat Juga: Kalender Bali Bulan Agustus 2022 Lengkap Hari Baik
2. Bila Purnama jatuh pada hari Kala Paksa, maka dilarang melaksanakan upacara agama karena hari itu disebut sebagai ”Hari gamia” alias jagat letuh. Sang Wiku tidak boleh memuja.
Di dalam Lontar ”Purwana Tattwa Wariga” diungkapkan bahwa : ”Risada Kala patemon Sang Hyang Gumawang Kelawan Sang Hyang Maceling, mijil ikang prewatekening Dewata muang apsari, saking swargo loko, purna masa ngaran”.
Maksud dari Lontar di atas adalah bahwa Sang Hyang Siwa Nirmala atau Sang Hyang Gumawang beryoga pada hari purnama untuk menganugerahkan kesucian dan kerahayuan (Sang Hyang Maceling) terhadap seisi alam.
Lalu Hyang Siva mengutus para Deva beserta para Apsari untuk turun ke dunia agar bisa menyaksikan persembahan umat manusia khususnya umat Hindu kehadapan Sang Hyang Siva.
Adapun hari Purnama Tilem yg mempunyai makna khusus bagi Umat Hindu :
1. Sasih Kapat
Purnama Kapat beryoga Bhatara Parameswara sebagai Sang Hyang Purusangkara, diiringi oleh para Dewa, Widyadara-Widyadari dan para Rsi gana. Lalu Tilem Kapat dilakukan penyucian batin persembahan kepada Widyadara-Widyadari.
2. Sasih Kepitu
Pada purwaning Tilem sasih Kapitu Umat Hindu merayakan hari raya Suci Siwaratri. Pada malam ini Sang Hyang Siwa beryoga, pada malam ini juga biasa disebut sebagai malam peleburan dosa.
3. Sasih Kesanga
Tilem sasih Kesanga adalah penyucian para Dewata, dalam hal ini diadakan pelaksanaan ajaran Bhuta Yadnya yang disimbolkan Tawur Agung Kesanga.
Lihat Juga: Dasar Perhitungan Kalender Bali
4. Sasih Kedasa
Purnama sasih Kedasa dilakukan pemujaan terhadap Sang Hyang Sunya Amerta pada Sad Kahyangan Wisesa. Piodalan Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih sehingga dilaksanakan pada setiap Purnama sasih Kedasa.
5. Sasih Sadha
Pada Purnama Sadha Umat Hindu memuja Bhatara Kawitan di Sanggah Kemulan.
Demikian beberapa hari suci Purnama Tilem umat Hindu. Semoga penjelasan mengenai penetapan purnama tilem menurut kalender Bali ini bisa sedikit memberikan gambaran bagi kamu yang mencari informasi tersebut.
Semoga bermanfaat!