Sejarah Asal Usul Sidoarjo Jawa Timur yang Dikenal Sebagai Pusat Kerajaan Janggala
Asal usul Sidoarjo Jawa Timur tidak terlepas dari berbagai sejarah perkembangannya.
Sidoarjo sendiri termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila dan juga merupakan penyangga utama Kota Surabaya.
Terdapat satu motto dari Kabupaten Sidoarjo yang berbunyi, “Sidoarjo Bersih Hatinya”.
Kabupaten Sidoarjo mengalami perkembangan pesat dan menjadi salah satu wilayah di Provinsi Jawa Timur yang produktif.
Pencapaian tersebut dikarenakan berbagai potensi yang terdapat didalamnya dapat dikelola dan dikemas dengan baik dan terarah, seperti pariwisata, industri, perdagangan, serta usaha kecil dan menengah.
Masyarakat Sidoarjo memang pandai dalam menghargai setiap peluang sehingga kini Sidoarjo menjadi salah satu daerah yang sangat strategis bagi pengembang perekonomian regional.
Saat ini Sidorajo sudah melewati beberapa zaman, di antaranya yaitu zaman kerajaan, zaman penjajahan, dan zaman kemerdekaan.
Berikut sejarah singkat asal usul Sidoarjo Jawa Timur mulai dari zaman kerajaan.
1. Asal Usul Sidoarjo (Zaman Kerajaan)
Pada tahun 1019-1042, Sidoarjo menjadi daerah kekuasan kerajaan Kahuripan.
Pada saat itu kerajaan dipimpin oleh Raja Airlangga yang di masa akhir pemerintahannya membagi kekuasaannya menjadi dua bagian untuk kedua putranya.
Kedua kerajaan tersebut yaitu Kerajaan Jenggolo dan Kerajaan Barat atau Kadiri.
Kerajaan Barat yang disebut juga Kerajaan Kediri berpusat di kota baru, Daha, yang diperintah oleh Sri Samarawijaya.
Sedangkan Kerajaan Kahuripan atau yang lebih dikenal dengan kerajaan Jenggala (Jenggolo) dipimpin oleh Mapanji garasakan yang didirikan pada tahun 1042.
Letaknya berada di daerah Delta Brantas yang beribukota di seputar Kecamatan Gedangan, Sidoarjo.
2. Asal Usul Sidoarjo (Zaman Penjajahan Sampai Zaman Kemerdekaan)
Dahulu Sidoarjo dikenal sebagai pusatnya Kerajaan Janggala.
Kemudian berubah nama menjadi Sidokare pada masa kolonialisme Hindia Belanda, daerah tersebut masih menjadi bagian dari Kabupaten Surabaya.
Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang Patih R. Ng. Djojohardjo yang berkediaman di daerah Kampung Pucang Anom.
Beliau tidak sendirian karena seorang wedana bernama Bagus Ranuwiryo yang berkediaman di Kampung Pangabahan turut membantunya dalam memerintah daerah.
Kemudian pemerintah Hindia Belanda pada 1859 membuat sebuah keputusan, mengakibatkan daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yakni Kabupaten Surabaya itu sendiri dan juga Kabupaten Sidokare.
Pada saat itu Pemerintah Hindia Belanda berinisiatif dengan mengangkat R Notopuro sebagai pemimpin Kabupaten Sidokare.
Pada masa itu R Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) berkediaman di Kampung Pandean, Sidoarjo.
Adanya pemisahan dua kabupaten tersebutlah yang menjadi awal mula terbentuknya Kabupaten Sidoarjo.
Terlebih lagi karena pemerintahan Hindia Belanda kembali mengubah penamaan Sidokare menjadi Kabupaten Sidoarjo melalui surat putusannya No.10/1859.
Maka dari saat itu pula ditetapkan sebagai hari besar jadinya Kabupaten Sidoarjo.
Sedangkan R.T.P Tjokronegoro I merupakan gelar dari R Notopuro yang berkedudukan sebagai bupati pertama Sidoarjo.
Beliau menjabat sebagai bupati hingga titik penghabisan darahnya, yakni sejak tahun 1859 sampai 1862.
Setelah wafatnya R Notopuro, pada tahun 1863 jabatan bupati digantikan oleh R.T.A.A Tjokronegoro II dan dikenali juga dengan sebutan Kanjeng Djimat Djokomono.
Beliau merupakan kakak dari R Notopuro, bupati pertama Sidoarjo.
Kanjeng Djokomono menjabat dalam kurun waktu yang cukup lama hingga hampir 20-an tahun dan pensiun pada tahun 1883.
Kemudian setelah itu diangkat pula penggantinya yakni R.P Sumodiredjo yang merupakan seorang pindahan dari Tulungagung.
Sayangnya beliau hanya menjabat sebagai bupati selama 3 bulan saja sebab wafat pada tahun itu juga.
Setelah itu R.A.A.T. Tjondronegoro I diangkat sebagai pengganti R.P Sumodiredjo hingga turun temurun.
Kemudian berakhir pada masa Pemerintah Kolonial Hindia Belanda ke Pemerintahan Kolonial Jepang tepat pada tahun 1942-1945.
Pada masa pemerintahan dan kependudukan Jepang, Delta Sungai Brantas termasuk juga daerah Sidoarjo berada di bawah kekuasaan Pemerintahan Militer Jepang yaitu Nippon Kaigun (angkatan tentara laut Jepang).
Ketika sampai pada 15 Agustus 1945, akhirnya Jepang menyerah kepada Sekutu.
Karena itu pula pada tahun 1946 tepat di bulan Maret, Belanda mulai aktif untuk memperbesar bidang usaha guna kembali menduduki daerah tersebut.
Kemudian, pada saat 24 Desember 1946 Belanda mulai melancarkan aksinya dengan menyerang Kota Sidoarjo dari jurusan Tulangan.
Sehingga daerah Sidoarjo jatuh dan dikuasai oleh Belanda dan pusat pemerintahannya kembali dipindah ke daerah Jombang.
Pemerintahan Belanda kembali membentuk pemerintahan seperti halnya pada masa kolonial dahulu.
Mereka membentuk Negara Jawa Timur sebagai wilayah bentukan Belanda pada tahun 1948.
Negara Jawa Timur masih menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Sedangkan Sidoarjo berada dalam genggaman pemerintahan Pendudukan Belanda sampai tahun 1949.
Kemudian bertepatan pada 27 Desember 1949 dan sebagai kesepakatan dari KMB atau yang dikenal Konferensi Meja Bundar, Belanda akhirnya mengembalikan ataupun menyerahkan Negara Jawa Timur kepada Republik Indonesia Serikat.
Sehingga dengan sendirinya daerah Delta Brantas kembali menjadi daerah Republik Indonesia.
Setelah melalui banyak pemerintahan, saat ini Sidoarjo menjadi daerah yang cukup berkembang dan memiliki banyak keunggulan.
Itulah sejarah Asal-usul Sidoarjo Jawa timur yang semestinya kita jadikan sebagai pengetahuan.
Mudah-mudahan informasi diatas dapat menambah wawasan serta menjadi referensi untuk kita semua. Semoga bermanfaat!
Pencarian yang paling banyak dicari
- sejarah sidoarjo tempo dulu
- sejarah kabupaten sidoarjo
- sejarah sepanjang sidoarjo
- sejarah berdirinya sidoarjo
- bangunan sejarah sidoarjo
- sejarah candi dermo di sidoarjo
- asal ususl kue lumpur sidoarjo