Sejarah Hari Bhakti TNI Angkatan Udara 29 Juli


Sejarah Hari Bhakti TNI Angkatan Udara 29 Juli

Sejarah Hari Bhakti TNI Angkatan Udara 29 Juli

Hari Bhakti TNI Angkatan Udara merupakan hari bersejarah sekaligus momen penting yang selalu diperingati oleh jajaran TNI Angkatan Udara pada tanggal 29 Juli setiap tahunnya.

Peringatan Hari Bhakti Angkatan Udara ini dilatarbelakangi oleh dua peristiwa.

Baca Juga: Ucapan Selamat Hari Bhakti TNI Angkatan Udara

Penasaran bagaimana sejarah dari Hari Bhakti TNI Angkatan Udara setiap tanggal 29 Juli ini, berikut sejarahnya.

Sejarah 29 Juli Hari Bhakti TNI Angkatan  Udara

Sejarah Hari Bhakti TNI Angkatan Udara bermula dari aksi Kolonial Belanda yang mengingkari perjanjian Linggarjati pada tanggal 21 Juli 1947 dengan Agresi Belanda I.

Peristiwa tersebut telah terjadi sekitar 73 tahunan yang lalu. Bagi TNI AU peristiwa ini merupakan hal yang memiliki makna sangat besar yang perlu dihayati oleh setiap prajurit TNI AU.

Peristiwa tersebut dilatarbelakangi oleh dua peristiwa penting. Peristiwa pertama yaitu serangan udara TNI AU terhadap daerah kekuasaan Belanda di Salatiga, Ambarawa.

Baca Juga; Sejarah Hari Tentara Nasional Indonesia (TNI) 5 Oktober

Serangan tersebut dilakukan oleh Kadet Penerbang Sutardjo Sigit, Mulyono, Suharmoko Harbani yang dibantu oleh 3 teknisi yang bertindak sebagai penembak udara yaitu Sutardjo, Kaput, serta Dulrachman.

Serangan udara tersebut dilakukan dini hari menggunakan dua buah pesawat Cureng serta sebuah Guntei.

Peristiwa Kedua yaitu gugurnya tiga pelopor serta perintis TNI Angkatan Udara yang masing-masing yaitu Komodor Muda Udara Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, beserta Opsir Muda Udara Adi Sumarmo.

Pada saat pesawat Dakota VT-CLA yang dinaiki dan membawa obat-obatan bantuan dari Palang Merah Malaya telah ditembak pesawat Belanda Kitty-hawk yang jatuh di Desa Ngoto, 3 Km dari Yogyakarta.

Awal Mula Peristiwa

Peristiwa tersebut berawal dari perjanjian Linggarjati yang merupakan sebuah usaha untuk penyelesaian konflik antara Indonesia dan Belanda.

Namun Belanda mengingkarinya  dengan secara sepihak memutuskan hubungan diplomatik serta mengambil tindakan militer.

Tindakan yang dilakukan yaitu melakukan serangan serempak ke daerah Republik Indonesia pada tanggal 21 Juli 1947 yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda I.

Lihat juga: Sejarah Hari Ikrar Gerakan Pramuka 30 Juli

Belanda melancarkan serangan yang besar-besaran ke berbagai wilayah termasuk ke beberapa pangkalan udara dimana yang menjadi sasaran utamanya yaitu Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta karena dianggap sebagai pusat kekuatan RI.

Hanya saja karena cuaca yang sangat buruk, serangan tersebut gagal dan Belanda mengalihkan serangannya ke pangkalan udara lain seperti Pangkalan Udara Panasan Solo, Pandanwangi Lumajang, Maospati Madiun, Kalijati Subang, Bugis Malang, Gorda Banten, dan Cibeureum Tasikmalaya.

Sedangkan pangkalan di luar jawa yang diserang yaitu Pangkalan Udara Gadut Bukittinggi, Sumatera Barat.

Timbulnya Kemarahan TNI Angkatan Udara RI

Aksi militer Belanda I tersebut menimbulkan kemarahan. Selain karena mengingkari perjanjian Linggarjati yang disepakati bersama, hal tersebut juga melanggar ketentuan hukum perang.

Bagi Bangsa Indonesia, tindakan tersebut dipandang sebagai sebuah tekanan politis dengan maksud untuk menghancurkan serta mengecilkan arti negara RI.

Baca Juga; Sejarah Hari POM-TNI 11 Mei

Bagi TNI AU, melihat kehancuran beberapa pangkalan udara menjadikan tamparan yang sangat menyakitkan yang dimaksudkan untuk mematahkan semangat juang para prajurit dan mempersempit ruang gerak.

Serangan kolonial Belanda yang membabi buta tersebut  menimbulkan kemarahan pimpinan TNI AU pada saat itu.

Dengan keterbatasan dan semangat juang yang tidak kenal menyerah akhirnya pasukan TNI AU berupaya menyusun kekuatan serta strategi untuk mengadakan serangan udara balasan ke wilayah yang diduduki oleh Belanda.

Akhirnya pada dini hari tepatnya pada tanggal 29 Juli 1947, Pangkalan Udara Maguwo dalam keadaan masih gelap digetarkan oleh deru pesawat mengemban misi yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh Bangsa Indonesia.

Kadet Penerbang Sutardjo Sigit dan Suharnoko Harbani diperintah melakukan penyerangan ke Salatiga dan Ambarawa dimana pesawat Cureng yang diterbangkan diubah menjadi pesawat pengebom.

Pesawat yang dikemudikan oleh Suharnoko Harbani dilengkapi dengan senapan mesin dengan penembak udara yaitu Kaput.

Sedangkan pesawat Sutardjo Sigit dibekali bom-bom bakar serta penembak udaranya yaitu Sutardjo.

Kader Penerbang Mulyono diperintah untuk menyerang Semarang dengan menggunakan pesawat pengebom tukik “Driver Bomber” Guntei yang berkekuatan 850 daya kuda.

Pesawat tersebut dibebani bom 400 kg dan dilengkapi oleh 2 senapan mesin di sayap dan dibelakang penerbang yang menjadi penembak udara yaitu Dulrachman.

Baca Juga: Sejarah Hari KOSTRAD 6 Maret

Sedangkan Kadet Penerbang Bambang Saptoadji dengan pesawat buru sergap Hayabusa yang bertugas untuk mengawal pesawat yang diawaki oleh Kadet Penerbang Mulyono terpaksa dibatalkan karena pesawat tersebut belum selesai diperbaiki.

Setelah mengadakan pengeboman di tiga kota, ketiga pesawat tersebut sudah mendarat kembali dengan selamat di Pangkalan Udara Maguwo pada pukul 6 pagi.

Terdapat 3 efek yang ditimbulkan dari operasi udara tersebut yaitu meningkatkan semangat juang dan rasa percaya diri Bangsa Indonesia.

Aspek diplomasi yaitu pengakuan atas keberadaan serta kedaulatan Negara RI di masyarakat Indonesia, dan yang terakhir aspek militer dimana keberadaan Angkatan Udara RI diperhitungkan oleh Pemerintah Belanda.

Serangan di pagi buta tersebut tidak hanya memporak-porandakan kubu pertahanan Belanda namun lebih dari itu menurunkan mental dan semangat juang pasukannya.

Untuk mengembalikan semangat tempur, Belanda kembali melancarkan balasan.

Hal tersebut dibuktikan dengan peristiwa penembakan terhadap pesawat Dakota VT-CLA yang merupakan pesawat carteran RI dari warga negara India Bijoyanda Patnaik.

Lihat juga: Sejarah Peristiwa Serangan Umum 1 Maret

Badan pesawat patah menjadi dua serta bagian lain hancur berkeping-keping.

Korban yang gugur dalam musibah tersebut yaitu Komodor Muda Udara Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh dan Opsir Muda Udara Adi Sumarmo.

Gugurnya tokoh TNI AU pada saat itu mengakibatkan rasa kedukaan yang sangat mendalam.

Pengorbanan tokoh perintis TNI AU tersebut adalah bukti dan bhakti pengabdian yang diberikan TNI AU kepada Bangsa Indonesia dan Negara.

Penetapan Tanggal 29 Juli Sebagai Hari Bhakti TNI Angkatan Udara AU

Untuk mengenang peristiwa tersebut maka sejak tahun 1955 setiap tanggal 29 Juli selalu diperingati sebagai Hari Berkabung TNI AU yang kemudian pada tahun 1962 diubah menjadi Hari Bhakti TNI Angkatan Udara.

Baca Juga: Sejarah Hari KOHANUDNAS Indonesia 19 Februari

Nah itulah Sejarah 29 Juli Hari Bhakti TNI Angkatan Udara. Walaupun jasadnya telah dipeluk ibu pertiwi, namun semangat, dedikasi serta pengabdian sebagai “Tentara Langit” selaku sayap tanah air tidak pernah pudar. Selamat Hari Bhakti TNI AU Republik Indonesia!

Pencarian yang paling banyak dicari

  • hari bhakti angkatan udara
  • sejarah hari bhakti tni angkatan udara
  • 29 juli hari bhakti tni angkatan udara AU
  • tema hari bhakti tni au
  • template ucapan hari bhakti tni au
  • caption hari bhakti tni au
  • selamat hari bhakti tni angkatan udara au

Review Google My Bussiness for Enkosa.com

Artikel Terkait: