Perhitungan Pada Tanggalan Bali
Kalender yang berkembang di masyarakat Hindu Bali ini sering disebut dengan Kalender Bali. Kalender ini sendiri merupakan gabungan dari Kalender Gregorian atau yang lebih dikenal Kalender Masehi dengan Kalender Saka Bali dan Kalender Tika.
Kalender Gregorian dan Kalender Masehi adalah kalender yang digunakan secara internasional yang mana sistemnya menggunakan perhitungan Tahun Masehi.
Tahun Masehi sendiri termasuk ke dalam Tarikh Surya atau sistem matahari, hal ini dikarenakan perhitungannya dinilai dari perputaran bumi mengelilingi matahari atau yang lebih dikenal revolusi bumi.
Sedangkan Kalender Saka Bali adalah Kalender Saka yang berkembang di Bali dengan menggunakan Tarikh Candra yang disesuaikan dengan Tarikh Surya.
Lihat Juga: Kalender Bali Bulan Juni 2022 Lengkap
Lalu ada Kalender Tika yang merupakan kalender tradisional Bali namun non-astronomik sebab disusun berdasarkan Pawukon atau Wuku dan Wewaran.
Meski Kalender Tika tidak mempedulikan posisi astronomik sama sekali, namun penggunaannya sangatlah penting bagi Masyarakat Bali sehingga tidak dapat dipisahkan dari penggunaan Kalender Saka Bali.
Hal ini terbukti dari pelaksanaan upacara keagamaan alias yadnya seperti piodalan di Pura, yang mana penyelenggaraannya selain berdasarkan pada Pawukon juga menggunakan Penanggal atau Panglong dalam Sistem Kalender Saka Bali.
Meski kalender saka Bali sangat erat kaitannya dengan masyarakat di sana, namun tetap saja dalam kehidupan sehari-hari Masyarakat Bali masih menggunakan Kalender Gregorian atau Masehi yang ditetapkan secara internasional.
Sistem Penanggalan Kalender Bali
Sistem penanggalan yang digunakan pada kalender bali berawal dari tahun 78 Masehi atau yang disebut juga penanggalan Saliwahana.
Pada saat itu penyebaran agama Hindu di Asia Tenggara khususnya di Bali berdampak sangat besar dalam penyusunan kalender saka.
Berbagai modifikasi dilakukan dengan menambahkan unsur lokal dalam penyusunan kalender saka agar bisa menyesuaikan dengan budaya, adat dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat lokal di bali.
Unsur-unsur lokal yang disusun pada kalender Saka kemudian dijadikan patokan untuk menentukan ritual keagamaan, hari baik dalam melakukan pekerjaan, menanam padi, membangun rumah, meramal watak seseorang, meramal finansial, hingga hal-hal kecil yang menyangkut segala kegiatan masyarakat.
Sistem ini pun kemudian dituangkan dalam lontar-lontar Wariga.
Apa Itu Wariga
Apa itu wariga? Wariga Bali adalah pengetahuan yang mengajarkan sistem kalender tradisional Bali dalam menentukan hari baik dan buruk untuk memulai suatu pekerjaan.
Wariga Bali berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia untuk mencapai segala sesuatu secara maksimal. Pengetahuan Wariga Bali terdiri dari lima kerangka yaitu wuku, wewaran, penanggal-pangelong, sasih, dan dauh.
Kalender Saka juga dapat dikatakan sebagai sistem penanggalan Lunisolar atau kalender Surya Chandra.
Maksudnya adalah kalender ini menggunakan fase bulan sebagai acuan utamanya, lalu dalam perhitungannya juga menambahkan pergantian musim pada setiap tahun.
Dalam kalender Saka juga ditandai dengan adanya bulan-bulan kabisat. Jatuhnya bulan-bulan kabisat ini tidak sama antara para pengamat wariga. Ada banyak varian dalam penggunaan sistem kabisat ini.
Sistem Perhitungan Kalender Bali
Sama halnya seperti Kalender Masehi yang mana dalam satu minggu terdiri dari 7 hari, sehingga hal ini jugalah yang menjadi persamaan di tiap-tiap kalender di Dunia.
Sebab dalam sistem kalender Bali juga 1 minggu terdiri dari 7 hari yang disebut Saptawara. Saptawara sendiri sering digunakan bersamaan dengan Triwara atau mingguan dengan tiga hari dan Pancawara atau mingguan dengan lima hari.
Baca Juga: Informasi Lengkap Kalender Bali Desember 2023 Hari Baik
Adapun bagi orang Bali sudah mengenal kesepuluh jenis mingguan tersebut yang dinamakan Wewaran.
Jenis-Jenis Wewaran
Jenis-jenis Wewaran tersebut adalah :
1. Ekawara
- Luang (tunggal/kosong) ; urip : 1
- Dewa: Sang Hyang Ekataya ; bertempat di barat daya
2. Dwiwara
- Menga (terbuka/terang) ; 5 ; Sanghyang Kalima, berada di timur
- Pepet (tertutup/gelap) ; 7 ; Sanghyang Timira, berada di barat
3. Triwara
- Pasah/Dora yang berarti tersisih, baik untuk Dewa Yadnya; 9; Sanghyang Cika di selatan
- Beteng/Waya yang berarti makmur, baik untuk Manusa Yadnya; 4; Sanghyang Wacika ; di utara
- Kajeng/Byantara yang berarti tekanan tajam atau dimakan (Bali ‘kaajeng’), baik untuk Bhuta Yadnya ; 7; Sanghyang Manacika ; di barat
4. Catur Wara
- Sri (kemakmuran); 4;Bhagawan Bregu, utara
- Laba (laba/pemberian/keuntungan) ; 5 ; Bhagawan Kanwa, di timur
- Jaya (unggul) ; 9 ; Bhagawan Janaka,selatan
- Mandala (daerah) ; 7 ;Bhagawan Narada,barat
5. Pancawara
- Umanis yang berarti rasa ; 5 ; Dewa Iswara, di timur
- Paing yang berarti cipta ; 9 ; Dewa Brahma, di selatan
- Pon yang berarti idep ; 7 ; Dewa Mahadewa, di barat
- Wage yang berarti angan ; 4 ; Dewa Wisnu, di utara
- Kliwon yang berarti budhi ; 8 ; Dewa Siwa, tengah
6. Sadwara
- Tungleh (tak kekal) ; 7; Sanghyang Indra, di barat
- Aryang (kurus) : 6b; Sanghyang Baruna, di timur laut
- Urukung (punah) ; 5 ; Sanghyang Kwera, di timur
- Paniron (gemuk); 8; Sanghyang Bayu, di tenggara
- Was (kuat); 9; Sanghyang Bajra, di selatan
- Maulu (membiak); 3; Sanghyang Airawana, barat daya
7. Saptawara
- Radite/Minggu berarti soca, bagus untuk menanam yang beruas; 5; Sanghyang Bhaskara (matahari), timur
- Soma/Senin berarti bungkah, menanam umbi-umbian; 4; Sanghyang Chandra (bulan), utara
- Anggara/Selasa berarti godhong, menanam sayuran daun; 3; Sanghyang Angaraka (mars), barat daya
- Buddha/Rabu berarti kembang, menanam semua jenis bunga; 7; Sanghyang Udaka (merkurius), barat
- Wraspati/Kamis berarti wija, menanam yang menghasilkan biji; 8; Bhagawan Brhaspati (jupiter), tenggara
- Sukra/Jum’at berarti woh, menanam buah-buahan; 6; Bhagawan Bregu/Sukra (venus), timur laut
- Saniscara/Sabtu berarti pager, menanam tanaman sebagai pagar; 9; Sanghyang Wasu Rama (saturnus), selatan
8. Astawara
- Sri berarti makmur (pengatur); Bhatari Giri Putri
- Indra berarti indah (penggerak); Sanghyang Indra
- Guru berarti tuntunan (penuntun); Sanghyang Guru
- Yama berarti adil (keadilan); Sanghyang Yama
- Ludra berarti peleburan; Sanghyang Rudra
- Brahma berarti pencipta; Sanghyang Brahma
- Kala berarti nilai; Sanghyang Kalantaka
- Uma berarti pemelihara/peneliti; Sanghyang Amreta
9. Sangawara
- Dangu artinya antara terang dan gelap, Bhuta Urung
- Jangur artinya antara jadi dan batal, Bhuta Pataha
- Gigis artinya sederhana, Bhuta Jirek
- Nohan artinya gembira, Bhuta rare gek
- Ogan artinya bingung, Bhuta Jingkrak
- Erangan artinya dendam, Bhuta Jabung
- Urungan artinya batal, Bhuta Kenying
- Tulus artinya langsung, Sanghyang Saraswati
- Dadi artinya jadi, Sanghyang Dharma
10. Dasawara
- Pandita artinya bijaksana
- Pati artinya tegas/dinamis
- Suka artinya gembira/periang
- Duka artinya mudah tersinggung, tetapi berjiwa seni
- Sri artinya feminin
- Manuh artinya menurut
- Manusa artinya mempunyai rasa sosial
- Raja artinya mempunyai jiwa kepemimpinan
- Dewa artinya mempunyai budi luhur
- Raksasa artinya mempunyai jiwa keras dan tanpa pertimbangan
Wewaran ini digunakan oleh masyarakat Bali dalam berbagai kegiatan masyarakatnya. Mulai dari bercocok tanam, upacara adat seperti pernikahan atau ngaben, dan masih banyak lagi.
Lihat Juga: Penetapan Purnama Tilem Pada Kalender Bali
Upacara keagamaan yang rutin dilakukan adalah hari terakhir dari pancawara yang disebut hari Kliwon.
Lalu ada juga pertemuan antara hari terakhir dari Pancawara dan Triwara yang disebut sebagai Kajeng Kliwon.
Begitupun setiap 5 minggu sekali, ada pertemuan dari hari terakhir Pancawara dan Saptawara yang disebut Tumpek atau Saniscara Kliwon.
Demikian informasi mengenai kalender saka Bali, mudah-mudahan penjelasan di atas bisa membantumu ya. Semoga bermanfaat!