Tanggalan mancing berdasarkan perhitungan fase bulan sebagai panduan untuk mancing di laut.

logo enkosa amp

Tanggalan Mancing

Tanggalan Mancing atau sering disebut Tanggalan adalah sebuah sistem penanggalan tradisional suku Jawa yang digunakan untuk menentukan waktu terbaik dalam berburu, menangkap ikan, atau kegiatan lain yang terkait dengan alam.

Berikut adalah sejarah singkat tentang Tanggalan Mancing:

Tanggalan Mancing diduga berasal dari kepercayaan animisme yang dipraktikkan oleh suku Jawa sejak ribuan tahun yang lalu.

Tanggalan terdiri dari 35 hari dalam satu siklus, yang masing-masing hari dikaitkan dengan makna dan kekuatan sendiri.

Tanggalan Mancing juga dikaitkan dengan gerak bulan dan bintang, sehingga menghasilkan sistem penanggalan yang akurat sesuai dengan gerak alam semesta.

Pada setiap siklusnya, Tanggalan dimulai dengan mengamati bulan baru dan berakhir dengan bulan purnama.

Sistem penanggalan ini memiliki 5 hari yang disebut sebagai hari pasaran yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Setiap hari pasaran juga dihubungkan dengan unsur alam, yaitu api, air, bumi, udara, dan ether.

Tanggalan Mancing dipercayai oleh masyarakat tradisional suku Jawa sebagai sumber kekuatan spiritual dan energi alam yang dapat membantu dalam menentukan kegiatan yang paling tepat untuk dilakukan.

Oleh karena itu, banyak masyarakat Jawa yang masih menggunakan Tanggalan Mancing untuk menentukan waktu terbaik untuk menangkap dan memancing ikan.

Dalam kesimpulannya, Tanggalan Mancing atau Tanggalan adalah sebuah sistem penanggalan tradisional suku Jawa yang digunakan untuk menentukan waktu yang paling tepat dalam berburu, menangkap ikan, atau kegiatan lain yang terkait dengan alam.

Sistem ini didasarkan pada gerakan bulan dan bintang serta dikaitkan dengan unsur alam. Meskipun sudah jarang digunakan, Tanggalan Mancing masih dipercayai oleh masyarakat tradisional suku Jawa sebagai sumber kekuatan spiritual dan energi alam.