Tradisi-tradisi Jawa yang Masih Dipertahankan Hingga Sekarang
Tradisi-tradisi Jawa sangat banyak ragamnya, tetapi ada beberapa adat kebiasaan secara turun-temurun yang masih dipertahankan hingga sekarang.
Karena Indonesia memang menjadi negara yang dianugerahi dengan adat dan budaya yang melimpah, tidak heran jika di dalamnya banyak ditemukan perbedaan tradisi pada berbagai daerah.
Meskipun begitu, setiap warga masyarakat tetap berpegang teguh terhadap semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.
Sebenarnya tidak sedikit juga tradisi yang tergerus oleh perkembangan zaman. Namun demikian, masyarakat tetap berusaha melestarikan beberapa di antaranya.
Sehingga Indonesia tidak akan kehilangan berbagai hal yang dibanggakan, sebab dari berbagai tradisi, adat, dan budaya Indonesia ada beberapa yang berhasil menembus kancah internasional, seperti halnya wayang kulit dan tari saman.
Tradisi Jawa yang Masih Dilestarikan Sampai Sekarang
Suku Jawa merupakan salah satu suku yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Indonesia.
Selain dikenal memiliki kepribadian yang lemah lembut, sopan, dan ramah, masyarakat Jawa juga mempunyai berbagai tradisi serta budaya yang cukup melimpah.
Bahkan beberapa di antaranya masih dipertahankan hingga sekarang dan tidak tenggelam oleh arus kemodernan zaman.
Berikut tradisi-tradisi Jawa yang dapat kamu ketahui.
1. Tedak Siten
Tradisi tedak siten merupakan upacara tradisional masyarakat Jawa yang dilakukan untuk bayi yang memasuki usia 8 bulan dan mulai belajar berjalan.
Tradisi ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas anugerah yang diberikan kepada bayi tersebut.
Selain itu juga sebagai ungkapan kebahagiaan atas kesehatan sang anak yang sudah mulai menjejaki alam sekitarnya.
2. Tradisi Nikahan
Tradisi-tradisi Jawa yang cukup unik dan sakral terdapat juga dalam tradisi nikahan.
Di mana dalam pernikahan adat Jawa terdapat berbagai upacara sebagai bagian dari rangkaian acara yang perlu dilakukan sebelum hingga setelah pernikahan digelar.
Di antaranya yakni siraman, peningsetan ataupun seserahan, upacara ngerik, midodareni, balangan suruh, nyantri, temu manten atau upacara panggih, ritual kacar-kucur, ritual wiji dadi, dhahar kembul atau dhahar klimah, sungkeman, dan juga syukuran setelah pernikahan.
3. Larung Sesaji
Upacara yang satu ini biasanya dilakukan oleh masyarakat suku Jawa yang tinggal di pesisir pantai selatan ataupun pantai Utara Jawa.
Diadakannya upacara larung sesaji ini memiliki tujuan untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas hasil tangkapan ikan yang mereka dapatkan selama melaut.
Sekaligus juga menjadi sarana permohonan agar Tuhan selalu memberikan keselamatan dan kelancaran kepada mereka dalam berusaha.
Biasanya dalam acara ini beberapa bahan pangan dan hewan yang sudah disembelih akan dihanyutkan atau dilarungkan ke laut.
Acara larung sesaji ini diadakan pada setiap tanggal 1 Muharam.
4. Upacara Mitoni
Tradisi-tradisi Jawa yang masih dilestarikan hingga kini salah satunya yakni upacara mitoni.
Ini adalah upacara orang Jawa yang dilakukan ketika kehamilan seorang ibu telah menginjak usia tujuh bulan.
Biasanya upacara mitoni ini berisi berbagai ritual yang serba-serbinya dilaksanakan dengan angka tujuh sebagai lambang usia kehamilan dan keberuntungan.
Misalnya, ibu yang hamil dimandikan dengan tujuh guyuran dan didampingi dengan tujuh orang. Kemudian, ada pula tumpeng yang berjumlah tujuh.
Orang Jawa percaya bahwa angka tujuh merupakan angka yang istimewa. Dengan begitu sering kali angka tujuh dijadikan sebagai jumlah keberuntungan.
Tak heran bila upacara mitoni juga diisi dengan berbagai hal yang serba tujuh.
Pada saat upacara inilah seluruh pihak keluarga akan berdoa kepada Tuhan sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.
Biasanya bagi yang beragama Islam, ibu yang sedang hamil akan membaca Al-Quran, khususnya surah Yusuf dan Maryam. Kemudian keluarga lain yang hadir juga turut membaca surah-surah lainnya.
5. Upacara Neloni atau Ngupati
Adat istiadat Jawa saat kehamilan juga dilaksanakan ketika ibu hamil memasuki usia kehamilan yang ketiga bulan.
Oleh karenanya orang bersuku Jawa akan melaksanakan upacara untuk memperingati usia kandungan ibu hamil tersebut yang telah menginjak usia tiga bulan (neloni) atau ngupati (keempat bulan).
Namun demikian, tetap perlu diperhatikan bahwa tujuan melakukan upacara ini adalah untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan.
Karena telah memberikan umur panjang dan kesehatan kepada sang ibu dan janin dalam kandungannya.
Juga sebagai rasa syukur atas karunia serta amanah berupa seorang anak.
Dalam Islam, acara upacara neloni ataupun ngupati juga dapat diiringi dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an.
6. Ruwatan
Ruwatan menjadi bagian dari tradisi Jawa yang masih dilestarikan oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Upacara ini memiliki tujuan untuk menyucikan ataupun meruwat seseorang dari segala nasib buruk, kesialan, dan juga agar orang tersebut mendapatkan keselamatan dalam menjalani kehidupannya.
Upacara ruwatan biasanya dilaksanakan di dataran Tinggi Daeng.
Pada acara ini anak-anak berambut gimbal harus segera disucikan karena dianggap sebagai keturunan raksasa.
Gunanya yakni untuk memanjatkan doa agar anak-anak tersebut dijauhkan dari segala macam marabahaya.
Tradisi-tradisi Jawa memang cukup unik dan menarik perhatian.
Terlepas dari semua itu, setiap masyarakat tentu memiliki maksud dan tujuan tersendiri dalam melaksanakan ataupun melestarikan tradisi dari nenek moyang.
Pastinya masyarakat pun berharap untuk banyak kebaikan dalam kehidupan.
Sehingga melaksanakan tradisi tidak hanya untuk melestarikan peninggalan budaya, tapi juga untuk keselamatan warga yang melaksanakannya sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
Itulah segelintir daftar tradisi Jawa yang masih dilestarikan hingga sekarang.
Mudah-mudahan informasi diatas dapat menambah wawasan serta menjadi referensi untuk kita semua. Semoga bermanfaat!
Pencarian yang paling banyak dicari
- daftar tradisi jawa
- contoh-contoh tradisi jawa
- tradisi jawa yang masih dilestarikan
- makna tradisi jawa
- macam-macam tradisi jawa
- contoh tradisi jawa populer