Adat Istiadat Subang Jawa Barat, Mengenal Sisingaan dan Tradisi Hajat Gantangan
Dari beberapa Adat Istiadat Subang Jawa Barat, kesenian Sisingaan dan Hajat Gantangan menjadi kebudayaan yang cukup populer.
Hal tersebut menjadikan Subang sebagai daerah yang turut mewarnai ragam kebudayaan Indonesia.
Adanya tradisi-tradisi yang terdapat di provinsi Jawa Barat menjadikannya semakin mudah dikenali oleh masyarakat.
Keunikan-keunikan tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini berpotensi mengundang ketertarikan para wisatawan untuk datang meniliknya secara langsung.
Adat Istiadat Subang Jawa Barat, Mengenal Dua Tradisi yang Populer
Setiap daerah selalu mempunyai adat istiadat, kesenian, ataupun tradisi yang berbeda-beda.
Tetapi tidak sedikit pula dari tradisi-tradisi tersebut yang turut digelar oleh berbagai daerah lain.
Lantas seperti apa potret menarik dari dua tradisi populer yang terdapat di Subang, Jawa Barat?
Di bawah ini adalah dua tradisi dari subang yang populer, Tradisi Sisingaan dan Tradisi Gantangan. Berikut ulasannya:
1. Tradisi Sisingaan
Gotong Singa atau Sisingaan merupakan sebutan lain dari Sisingan Reog dan juga Odong-odong yang merupakan bagian dari seni pertunjukan rakyat khas tanah Pasundan.
Kesenian yang lahir dan dikembangkan di daerah Subang ini memadukan antara seni keterampilan dan seni tari.
Tak heran banyak yang lebih mengenalnya sebagai kesenian Sisingaan.
Pada saat pelaksanaannya, Sisingaan dilakukan oleh dua orang yang menunggangi singa, serta empat orang yang bertugas sebagai pemandu singa tersebut.
Juga terdapat beberapa pemuda yang diberikan tugas untuk mengiringi jalannya kegiatan tersebut dengan memainkan alat musik tradisional khas Sunda.
Kesenian Sisingaan menjadi ikon Kabupaten Subang yang sudah turut mengharumkan nama Kabupaten tersebut hingga ke dunia Internasional.
Lihat juga: Sejarah Asal Mula Banyuwangi Jawa Timur
Kesenian ini memiliki nilai sejarah yang sangat kental, salah satunya yakni sebagai bentuk perlawanan dari masyarakat Kabupaten Subang terhadap kekejaman para penjajah.
Ada yang mengatakan bahwa kemunculan kesenian Sisingaan masih berkaitan dengan situasi politik pada zaman dahulu.
Yakni ketika masyarakat Subang berusaha untuk melepaskan diri dari tekanan di masa penjajahan.
Pada saat itu wilayah perkebunan daerah Subang dijajah serta dikuasai secara bergantian oleh pemerintahan kolonial Belanda dan Inggris.
Selain menjadi sarana untuk perlawanan masyarakat kepada penjajah, Sisingaan juga menjadi tradisi ritual pertanian.
Di mana sebelum agama menyebar luas dan masuk dalam kehidupan mereka, masyarakat mempunyai ritual yang identik dengan aktivitas pertanian.
Yakni dengan memuji dan mengangungkan para leluhur dan padi melalui kekuatan supranatural.
Namun, setelah melalui banyak waktu kini Sisingaan menjadi tradisi yang dilakukan untuk memeriahkan acara khitanan untuk menghibur anak-anak yang akan dikhitan.
Tradisi ini masih dilakukan di beberapa wilayah yang berada di Kabupaten Subang.
Anak-anak akan diarak mengelilingi kampung atau desa satu hari sebelum mereka disunat.
Selain itu juga musik ceria yang digunakan untuk mengiringi kegiatan Sisingaan menjadikan pertunjukan kesenian ini sangat menarik.
Sehingga masyarakat akan merasa senang bersama rombongan Sisingaan.
Masyarakat juga mempercayai bahwa Sisingaan dapat menjadi tradisi yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur atas keselamatan dan keberkahan yang diberikan Tuhan.
2. Tradisi Hajat Gantangan
Gantangan yang juga dikenal dengan Gintingan ini merupakan adat istiadat Subang Jawa Barat yang menjadi contoh kebiasaan yang berkembang di Kabupaten Subang.
Tradisi Gantangan menjadi wujud kegembiraan masyarakat yang dicerminkan dengan kegiatan nyumbang atau saling memberi sumbangan ketika acara hajatan sunatan, pernikahan, dan lahiran.
Selain itu dalam perkembangannya, tradisi Gantangan juga dilakukan ketika ada warga di masyarakat setempat yang membutuhkan ataupun memerlukan modal untuk membangun dan merenovasi rumah, atau ketika hendak merayakan acara ulang tahun.
Pada mulanya tradisi sumbangan ini diberikan secara sukarela oleh masyarakat kepada orang yang bersangkutan.
Namun, seiring perkembangannya kini hal tersebut berubah menjadi tradisi Gantangan yang menerapkan sistem pencatatan.
Dalam arti lain, pemberian dalam tradisi ini akan menjadi hutang bagi yang menerima sumbangan.
Di mana orang yang ketumpangan atau yang mempunyai acara hajatan, harus memberikan sumbangan yang sama atau lebih kepada orang yang sudah memberinya bantuan sebagai wujud membayar hutang.
Tradisi Gantangan ini berkembang di daerah Subang Tengah, Utara, dan Selatan. Di mana pada daerah Subang Utara, Gantangan dikenal juga dengan sebutan Telitian.
Yang konon bahasa tersebut berasal dari kata campuran dari bahasa Jawa dan bahasa Sunda yang memunculkan logat khas masyarakat Pantura, yakni “silih ganten” atau “gentenan”.
Hal tersebut berarti masayarakat harus saling bergantian.
Sedangkan Gantangan di daerah Subang Tengah dan juga Subang Selatan, muncul lebih akhir dibandingan tradisi Gantangan di Subang Utara.
Di mana masyarakat Subang Selatan mengenalnya dengan istilah lain Gintingan.
Warga masyarakat Cimenteng mengakui bahwa tradisi ini hadir karena pengaruh dari luar tonggoh atau dataran tinggi.
Apabila dahulu kegiatan gotong-royong sudah menjadi wujud kepedulian masyarakat dalam membantu satu sama lain tanpa adanya pamrih.
Kini kegiatan tersebut ternyata sudah bertransformasi yang diakibatkan oleh komersialisasi ekonomi.
Gantangan menjadi kegiatan unik yang lekat dengan acara hajatan yang dilakukan masyarakat.
Gantangan juga mempunyai 3 tipe, yaitu Tipe A yang dalam hal ini tradisi sumbangan diberikan bersifat sukarela.
Yang kedua yakni Gantangan Tipe B, di mana tradisi tersebut menggunakan aturan timbal balik dalam pelaksaannya dan dicatat oleh panitia hajat yang bertugas sebagai juru tulis.
Dan yang ketiga yaitu Tipe C, yang penerapannya gantangan tipe ini langsung dicatat oleh ketua kelompok.
Sederhananya, masyarakat tetap memahami tradisi ini sebagai kegiatan nyumbang.
Para tetangga datang ke rumah yang menyelenggarakan hajatan dengan membawa amplop berisi uang, oleh-oleh seperti beras, ayam, minyak (sesuai dengan keinginan masing-masing), atau berbagai pemberian lainnya.
Yang kelak, penyelenggara hajatan tersebut harus mengembalikannya sesuai dengan apa yang diterimanya dari perorangan yang menyumbang di hari hajatannya.
Tradisi dan kebudayaan yang dilestarikan akan membentuk keharmonisan.
Di mana masyarakat pun akan lebih mudah menjaga adat istiadat Subang Jawa Barat sebagaimana mestinya.
Sehingga tradisi-tradisi tersebut tidak terlupakan oleh para penduduk Indonesia.
Nah itulah Tradisi Subang Jawa Barat Sisingaan dan Hajat Gantangan. Mudah-mudahan informasi diatas dapat menambah wawasan serta menjadi referensi untuk kita semua. Semoga bermanfaat!
Pencarian yang paling banyak dicari
- adat daerah adat istiadat subang
- adat istiadat subang
- rumah adat subang
- adat pernikahan subang
- tradisi daerah subang
- tradisi masyarakat subang
- tradisi sisingaan berasal dari daerah subang
- penjelasan tradisi sisingaan
- tradisi gantangan masyarakat sunda