Mengenal Upacara Grebeg
Upacara Grebeg – Upacara tradisi di Indonesia sangat banyak, mulai dari Sabang hingga Merauke terdapat upacara dan tradisi adat masing-masing.
Tanah Jawa menjadi salah satu tempat paling banyak memiliki tradisi. Salah satunya adalah upacara Grebeg.
Tradisi ini sudah sangat familiar bagi masyarakat Jawa terutama di daerah DI Yogyakarta.
Pasalnya Upacara Grebeg dilakukan 3 kali setiap tahunnya. Ketika Upacara Grebeg dilakukan tak hanya penduduk lokal yang bisa menikmati dan ikut serta dalam kegiatan.
Pasalnya banyak kaum pelancong yang sengaja datang untuk menikmati dan mengikuti beberapa tradisi di Indonesia, salah satunya adalah Upacara Grebeg.
Asal-Usul Upacara Grebeg
Kemunculan Upacara Grebeg diperkirakan berkat jasa Sri Sultan Hamengkubuwono I yang memperkenalkan kepada masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta.
Tujuan awal diadakannya upacara Grebeg ini untuk menyebarkan agama Islam, memperingati hari-hari besar Islam dan untuk memberikan syukuran atas kemakmuran Keraton Yogyakarta.
Menurut sejarah Grebeg diambil karena peristiwa keluarnya atau mitos Sultan keluar Istana untuk membagikan gunungan yang terbuat dari berbagai macam makanan dan hasil bumi.
Lihat juga: Sejarah di Balik Upacara Nyewu
Para penduduk kemudian mengibaratkan keluarnya sultan dari istana layaknya suara tiupan angin yang sangat keras hingga membuat suara “grebek”.
Dari situlah masyarakat mulai mengenal upacara gunungan dengan Upacara “Grebeg”.
Waktu Pelaksanaan Upacara Grebek
Upacara Grebeg yang dilakukan di wilayah Tanah Jawa Khususnya Yogyakarta dilakukan 3 kali di setiap tahunnya, dengan disesuaikan hari besar agama Islam.
Sebelum acara Grebeg dimulai biasanya diawali dengan parade prajurit Keraton yang mengenakan pakaian khas lengkap dengan senjata khusus.
Diakhir kegiatan parade Grebeg, gunungan yang terbuat dari makanan dan hasil bumi yang merupakan ikon utama, akan dikeluarkan dan akan diarak menuju masjid Gedhe Kauman.
Dengan tujuan untuk memanjatkan doa yang dipimpin oleh kyai atau tokoh agama kepada sang Maha Kuasa. Agar selalu diberikan keberkahan dan kemakmuran dalam kehidupan.
Setelah didoakan, makanan dan hasil bumi bisa diperebutkan para masyarakat yang telah menanti.
Dalam memperebutkan gunungan, masyarakat tidak dipungut biaya.
Bila Anda mendapatkan sebuah makanan atau bahan makanan yang berasal dari gunungan, maka akan selalu mendapat keberkahan.
Hal tersebut karena doa yang telah dipanjatkan sebelum gunungan diperebutkan.
Faktanya, Gunungan yang terbuat dari makanan serta hasil bumi ini memiliki makna yang sakral.
Menurut penduduk Yogyakarta, gunungan makanan dan hasil bumi ini dipercayai menjadi simbol kemakmuran.
Berikut penjelasan 3 waktu Grebekan yang dilakukan di Yogyakarta.
3 Waktu Grebekan di Yogyakarta
1. Grebeg Syawal
Kegiatan upacara Grebeg yang dilaksanakan pada bulan Syawal.
Tujuan Grebeg Syawal ini sebagai ungkapan rasa syukur atas diberikannya Rezeki dan Kesehatan.
Sehingga kita bisa melampaui dan melaksanakan kewajiban umat Islam berupa Puasa 1 bulan di bulan Ramadhan, sekaligus untuk menyambut hari kemenangan Idul Fitri di bulan Syawal.
2. Grebeg Maulud
Kegiatan upacara Grebeg yang dilakukan pada bulan Rabiul Swwal.
Tujuannya untuk memperingati hari kelahiran baginda Rasulullah SAW serta untuk mengingat perjuangan Nabi dalam memperjuangkan Islam.
Berupa arahan bagi umat manusia dalam menentukan arah jalan kehidupan, agar tak berkecimpung kepada hal maksiat.
Sehingga bisa meningkatkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW.
3. Grebeg Besar
Kegiatan Upacara Grebeg yang dilakukan pada bulan Dzulhijjah. Sebagai tanda peringatan kebahagiaan dalam menyambut hari Raya Besar atau Idul Adha.
Itulah beberapa ulasan singkat mengenai Upacara Grebeg tanah Jawa.
Mudah-mudahan informasi Tradisi Grebeg di atas dapat menambah wawasan, serta menjadi referensi untuk kita semua. Semoga bermanfaat!
Pencarian yang paling banyak dicari
- tradisi grebeg dan sekaten
- tradisi grebeg gunungan
- tradisi grebeg merupakan hasil akulturasi budaya hindu islam
- makna yang terkandung dalam upacara grebekan
- tema tradisi grebeg di yogyakarta