Sejarah Hari Anak Korban Perang bermula dari laporan yang disusun oleh Graça Machel, seorang aktivis kemanusiaan dan mantan menteri pendidikan Mozambik.
Laporan tersebut, yang dirilis pada tahun 1996, disebutkan bahwa anak-anak sering kali menjadi sasaran utama dalam konflik bersenjata dan mengalami dampak yang paling berat secara fisik, psikologis, dan emosional.
Laporan ini sangat mempengaruhi pemikiran dan penanganan konflik bersenjata oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pada tahun 2000, Sekjen PBB saat itu Kofi Annan membentuk sebuah kelompok kerja untuk menyelidiki dampak konflik bersenjata terhadap anak-anak.
Kelompok kerja ini dipimpin oleh Graça Machel dan melibatkan para ahli dan pembuat kebijakan dari berbagai negara.
Hasil dari kelompok kerja ini kemudian dirilis dalam sebuah laporan pada tahun 2001 dan mengusulkan untuk merayakan Hari Anak Korban Perang setiap tanggal 4 Juni.
Sejak saat itu, Hari Anak Korban Perang telah dirayakan setiap tahun di seluruh dunia.
Pemerintah dan organisasi kemanusiaan sering kali melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesadaran dan upaya melindungi anak-anak dari dampak buruk konflik bersenjata.
Banyak upaya dan kebijakan telah dibuat untuk melindungi hak asasi anak, seperti Konvensi Hak Anak PBB yang mengakui hak anak atas perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi yang terjadi selama konflik dan masa perang.
Berikut adalah beberapa fakta tentang Hari Anak Korban Perang:
1. Konflik bersenjata telah memengaruhi hidup jutaan anak di seluruh dunia. Berdasarkan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada tahun 2017 saja, lebih dari 10.000 anak terbunuh atau terluka akibat konflik di seluruh dunia.
2. PBB membuat sebuah resolusi di tahun 2018 yang meminta perlindungan anak-anak dari kekerasan dalam keadaan konflik bersenjata. Resolusi tersebut meminta negara-negara anggota PBB untuk meningkatkan perlindungan bagi anak-anak yang terkena dampak konflik bersenjata.
3. Berbagai organisasi kemanusiaan seperti Save the Children, International Rescue Committee, dan UNICEF mengambil pelbagai inisiatif untuk membantu korban konflik bersenjata. Misalnya, Save the Children memiliki program Pendidikan Darurat di berbagai lokasi konflik bersenjata untuk membantu anak-anak yang terdampak konflik tetap mendapat akses ke pendidikan.
4. Salah satu cara untuk mencegah anak-anak dari terkena dampak konflik bersenjata adalah dengan menekan negara-negara yang melakukan praktek perang saudara atau memaksa anak-anak untuk bergabung dengan kelompok militan untuk menghormati hukum internasional.
5. Tak hanya konflik bersenjata, kekerasan dan pelecehan juga masih terjadi di sekolah-sekolah di beberapa negara. Inisiatif Hari Anak Korban Perang juga berusaha untuk menekankan pentingnya lingkungan yang aman dan menyediakan hak pendidikan bagi anak-anak di seluruh dunia.
6. Hari Anak Korban Perang pertama kali dirayakan pada tahun 2001, setelah diusulkan oleh Graça Machel dalam laporan Machel mengenai dampak konflik pada anak-anak.
7. Tujuan peringatan Hari Anak Korban Perang adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang situasi anak-anak yang terdampak oleh konflik bersenjata, serta mendorong upaya yang lebih besar untuk melindungi anak-anak dari bahaya tersebut.
8. Anak-anak yang terkena dampak konflik bersenjata bisa mengalami berbagai dampak negatif, seperti ketidakstabilan emosional, masalah kesehatan mental, kelaparan, penghilangan, rekrutmen ke dalam kelompok bersenjata, dan kekerasan seksual.
9. Konflik bersenjata juga dapat menghambat akses anak-anak ke pendidikan, makanan, pelayanan kesehatan, dan perlindungan yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang dengan sehat.
10. Pada Hari Anak Korban Perang, organisasi dan badan internasional sering mempublikasikan laporan dan data terbaru tentang kondisi anak-anak yang terkena dampak konflik, serta program dan kebijakan untuk melindungi anak-anak dan mendukung pemulihan mereka.
Hari Dialog
International Family Day
Meme Stories
Sejarah Hari Penglihatan Sedunia