Kalender Bali adalah sistem penanggalan yang digunakan oleh masyarakat Bali, Indonesia. Kalender ini didasarkan pada perhitungan siklus bulan dan sistem penanggalan Hindu.
Kalender Bali menggunakan sistem yang kompleks dan menggabungkan tiga siklus utama: siklus bulan, siklus minggu, dan siklus tahun.
Siklus bulan dalam kalender Bali disebut "wuku" dan terdiri dari 30 wuku yang berputar selama 210 hari. Setiap wuku memiliki nama dan memiliki karakteristik yang dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, kalender Bali juga mengikuti siklus minggu yang dikenal sebagai "Saptawara". Ada tujuh hari dalam siklus ini: "Redite" (Minggu), "Soma" (Senin), "Anggara" (Selasa), "Buda" (Rabu), "Wraspati" (Kamis), "Sukra" (Jumat), dan "Saniscara" (Sabtu).
Hari Saniscara memiliki peran khusus dalam kepercayaan Bali dan dianggap sebagai hari yang kurang baik untuk melaksanakan beberapa aktivitas.
Siklus tahun dalam kalender Bali disebut "Pawukon" dan terdiri dari 210 hari. Pawukon terdiri dari sepuluh "wuku" yang berputar selama tujuh kali, membentuk siklus total 210 hari.
Setiap pawukon memiliki nama dan digunakan untuk menentukan waktu yang tepat untuk berbagai upacara dan perayaan.
Kalender Bali juga memperhitungkan gerhana matahari dan bulan serta peredaran planet tertentu dalam sistem penanggalannya. Dalam praktik sehari-hari, kalender Bali digunakan untuk mengatur berbagai perayaan agama, upacara, dan kegiatan budaya di Bali.
Itulah penjelasan singkat tentang kalender Bali yang berdasarkan pada perhitungan siklus bulan, siklus minggu, dan siklus tahun dengan pengaruh Hindu dan unsur-unsur astrologi.
1. Sistem Bulan: Kalender Bali berdasarkan pada perhitungan siklus bulan, yang terdiri dari 30 wuku. Setiap wuku memiliki nama dan karakteristik unik yang dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari.
2. Siklus Minggu: Kalender Bali menggunakan siklus minggu yang dikenal sebagai "Saptawara" yang terdiri dari tujuh hari. Setiap hari dalam siklus ini memiliki nama dan memiliki makna khusus dalam praktik keagamaan dan budaya Bali.
3. Siklus Tahun: Kalender Bali menggunakan siklus tahun yang disebut "Pawukon". Pawukon terdiri dari sepuluh wuku yang berputar selama tujuh kali, membentuk siklus total 210 hari. Setiap pawukon memiliki nama dan digunakan untuk menentukan waktu yang tepat untuk upacara, perayaan, dan kegiatan budaya.
4. Pengaruh Agama Hindu: Kalender Bali memiliki pengaruh kuat dari agama Hindu. Berbagai perayaan agama Hindu seperti Nyepi (Hari Tahun Baru Saka Bali), Galungan, Kuningan, dan Saraswati ditentukan berdasarkan pada kalender ini.
5. Astrologi: Kalender Bali juga memperhitungkan peredaran planet tertentu dan gerhana matahari dan bulan dalam sistem penanggalannya. Astrologi memainkan peran penting dalam menentukan hari-hari yang baik dan kurang baik untuk melaksanakan berbagai aktivitas.
6. Upacara dan Perayaan: Kalender Bali digunakan untuk mengatur berbagai upacara agama dan perayaan budaya di Bali. Mulai dari upacara pernikahan, upacara kelahiran, hingga upacara kematian, semua dijadwalkan berdasarkan pada kalender ini.
7. Keunikan Hari Saniscara: Hari Saniscara adalah hari yang dianggap kurang baik dalam kalender Bali. Pada hari ini, sebagian besar masyarakat Bali menghindari melaksanakan aktivitas penting, seperti pernikahan atau pembelian properti.
8. Penggunaan Kalender Saka: Kalender Bali juga menggunakan sistem penanggalan Saka yang digunakan di seluruh Indonesia. Tahun Saka dimulai pada bulan Maret dan berdasarkan pada perhitungan gerak matahari.
9. Tradisi dan Budaya: Kalender Bali adalah bagian integral dari tradisi dan budaya Bali. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Bali merayakan festival dan perayaan penting yang diatur berdasarkan pada kalender ini.
10. Keindahan Bali: Kalender Bali juga mencerminkan keindahan alam Bali. Pada beberapa periode, perayaan seperti Galungan menyajikan pemandangan yang memukau dengan hiasan penjor (tiang bambu) yang menghiasi jalan-jalan.
Itulah beberapa poin menarik tentang Kalender Bali yang mencerminkan kekayaan budaya, kepercayaan agama, dan tradisi unik dari masyarakat Bali.
HUT Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Wisata Yogyakarta Wajib Dikunjungi
Tradisi Bali Menaruh Mayat di Bawah Pohon
Hari Nelayan Nasional